SUMEKS, Darmaraja – Dampak dari suhu cuaca yang kian memanas beberapa hari ini, menyebabkan meningkatnya kematian ayam pedaging di wilayah Kecamatan Darmaraja.
Pengusaha ayam pedaging wilayah Darmaraja Oo Somantri menerangkan, kematian tersebut dapat mencapai 10 hingga 12 ekor setiap harinya.
“Jumlah ayam yang mati saat ini memang ada peningkatan, tapi kita belum bisa mengkalkulasikan berapa persen jumlah kematiannya,” ujarnya kepada Sumeks, Kamis (14/10).
Baca Juga:YNWPS : Jangan khianati nilai luhur ikrar wakaf Pangeran SoeriaatmadjaMenko Airlangga: Bantuan Tunai PKL dan Warung di Provinsi NTB Paling Cepat dan Tepat Sasaran
Oo mengatakan, suhu udara yang terasa panas saat ini, menjadi salah satu faktor penyebab dari kematian ayam. Apalagi, di saat cuaca sedang tidak menentu.
“Memang akhir-akhir ini suhu udara sangat panas, meski terik matahari tidak begitu menyengat tapi udaranya panas,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Oo, dirinya memprediksi jika jumlah kematian hingga masa panen tiba bisa terjadi dua kali lipat.
“Mudahan prediksi itu tidak benar-benar terjadi. Walaupun sepertinya bisa dua kali lipat angka kematiannya, kalau dibanding dengan cuaca normal,” ungkapnya.
Adapun upaya yang saat ini dilakukan, Oo hanya bisa memaksimalkan pemberian minum dan vitamin saja.
“Tidak banyak yang bisa dilakukan hanya memaksimalkan vitamin dan pemberian air minum,” jelasnya.
Sementara itu, kejadian serupa tidak terjadi kepada peternak ayam pedaging saja. Melainkan, warga Kecamatan Cisitu juga mengaku jika kematian terbilang meningkat terhadap ayam kampung.
Baca Juga:Terima Kunjungan Duta Besar Australia, Ridwan Kamil Paparkan Potensi Ekonomi JabarLepas Kafilah STQH Jabar, Ridwan Kamil Targetkan Juara Umum
Gejala yang terjadi adalah ayam menjadi ngorok dan hanya bertahan 2 hingga 3 hari, kemudian mati. Bahkan, ada yang tidak nampak sakit parah, tapi mati dengan tiba-tiba.
“Ayam kampung punya saya juga banyak yang sakit, bahkan jumlah yang mati juga banyak, ini faktor cuaca,” kata warga Cisitu, Nanang. (eri)