Encek ini adalah istri bupati Kutai Timur saat itu: Ismunandar. Hebat. Suami jadi bupati, istri jadi ketua DPRD. Hebat. Keduanya ditangkap KPK. Soal suap anggaran infrastruktur daerah. Sang istri dihukum 7 tahun. Sang suami 5 tahun.
Sang istri memang sangat fenomenal. Encek nyaleg dari PPP. Terpilih. Partai Islam itu hanya mendapat dua kursi. Namun, ketika pemilihan ketua DPRD, Encek terpilih sebagai ketua. Dia membantah itu karena suaminyi menjabat bupati.
Rupanya Encek ”murka”. Saat menjabat ketua itu, dia terpilih pula sebagai ketua PPP Kutai Timur. Lalu, dia buktikan. Dalam pemilu berikutnya, PPP mendapat 12 kursi. Itulah kursi terbanyak PPP di suatu kabupaten.
Baca Juga:Sekretaris Daerah Pastikan Roda Pemerintahan Jawa Barat Tetap BerjalanPresiden Jokowi Hubungi Ridwan Kamil, Ini yang Dikatakannya
Setelah melewati jembatan berubah warna itu, perjalanan saya sampai ke kampung kumuh. Yakni, di dekat gedung pertemuan modern yang dibangun Syaukani. Tidak jauh dari stadion megah yang juga karya Syaukani.
Di situ saya tertegun: kok masih ada jembatan yang warnanya tetap kuning. Yakni, jembatan anak Sungai Mahakam.
Namanya Jembatan Keroncong. Di Desa Teluk Dalam. Di sebelah pompa bensin yang khas: antrean truknya selalu panjaaaaaaang. Setiap hari. Sejak lebih setahun lalu. Antre solar subsidi.
Ternyata jembatan anak sungai itu juga pernah diubah menjadi merah. Hampir bersamaan dengan perubahan warna ”Golden Gate”.
Tapi, malam-malam, warna jembatan anak sungai tersebut dicat lagi. Entah oleh siapa. Ups… Yang mengubah jelas: Remaong Koetai Berjaya (RKB). Yakni, organisasi pemuda lokal yang sebenarnya tidak berafiliasi ke Golkar.
Orang Tenggarong mengenal RKB sebagai organisasi yang bernaung di bawah Kesultanan Kutai. Ketuanya Hebby Nurlan Arafat. Ia mengaku warna kuning adalah kearifan lokal. Tidak ada hubungan dengan Golkar. Warna identitas Kesultanan Kutai adalah kuning. Masuklah ke keraton Kutai –yang kini jadi museum. Warna kesultanan itu dominan kuning.
Remaong itu salah satu hewan gaib yang sakti, yang tunduk dengan Sultan Sulaiman. Dan nama remaong pun di jadikan gelar oleh beliau untuk panglima-panglima Kutai dan yang lain dari Kutai tapi berabdi suaka kepada kerajaan kutai (Tanah Kutai).