Eril adalah simbol perjuangan hidup rumah tangga RK. Begitu lulus teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) RK mencari beasiswa khusus. Yakni yang bisa kuliah S-2 sekaligus bisa magang di kantor arsitek terkemuka.
Ia dapatkan beasiswa itu. Di Amerika. Sekaligus bisa magang. Tujuan magang itu dua: cari pengalaman langsung dan mendapatkan gaji.
Eril lahir di New York ketika RK dalam status magang itu. Tapi kantor magangnya lagi mengurangi tenaga kerja. RK terkena ”PHK” justru ketika istrinya akan melahirkan Eril.
Baca Juga:Memberi Makna Indonesia, Laba BUMN Tembus Rp126 Triliun, BRI Jadi Penyumbang TerbesarEkspansi Pasar Jepang, BNI Tokyo Pindah Ke Business District
Di Amerika, RK mendalami perencanaan kota. Ia lantas bekerja di perusahaan arsitek di Hong Kong. Saat itulah RK sering ke Tiongkok. Ia ikut merancang banyak proyek di berbagai kota di Tiongkok.
RK punya karya arsitektur sangat banyak. Sering juga memenangkan penghargaan. Arsitektur masjid-masjid yang ia rancang sangat kontemporer.
Saya juga sempat mendapat jasanya: ia merancang hotel bintang lima milik BUMN di Nusa Dua, Bali. Bagus sekali. Hotel Inaya.
RK tidak hanya merancang untuk orang lain. Rumahnya sendiri, di Bandung, menjadi icon kota itu. “Rumah Botol” ujar orang Bandung. Pagar rumah itu terbuat dari ribuan botol kaca.
Eril memilih tinggal di rumah itu ketika orang tua mereka pindah ke rumah dinas gubernur Jabar. Eril ingin mandiri. Ia punya usaha kecil-kecilan. Salah satunya: menyewakan mobil VW untuk pengantin. Kadang ia sendiri yang menjadi sopirnya.
Eril tidak mengikuti jejak bapaknya sebagai arsitek. Tapi ia ikut cara sang ayah untuk melanjutkan pendidikan.
Ia ke Swiss antara lain untuk mencari beasiswa S-2. Ia akan berhasil –seandainya tidak tenggelam pagi itu. Sudah garis tangannya: lahir di Amerika, meninggal di Eropa. (Dahlan Iskan)