Menurutnya, pogram tersebut memfasilitasi para pelaku usaha eksportir di Jawa Barat.
Maka, dengan produk yang dihasilkannya yakni kelapa parut, pihaknya bisa menerima order pembelian dari Meksiko dan Georgia.
“Ini keempat kita ekspor (kelapa parut,red) mengunakan kontainer, sebelumnya banyak kendala. Namun sekarang ini dengan program ECP pihaknya merasa dimudahkan,” katanya.
Awalnya Gampang-Gampang Susah
Program ECP menurut Mariana Oktavia, dinilai sangat membantu dalam ekspansi pasar internasional. Produk ekspor urinair yakni kantong urine portabel yang dapat mengubah air menjadi gel.
Baca Juga:Menko Airlangga Apresiasi Pembangunan Rumah Sakit di CilacapKemenko Perekonomian Raih Opini WTP ke-14, Airlangga Minta Good Governance dan Continuous Improvement Ditingkatkan
“Awalnya produk yang kita ciptakan ini hanya berkutat pada pasar domestik yang memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Owner CV Sankimo Ultraviolet ini menceritakan, usahanya dirintis sejak 2012, perusahaannya memproduksi kantong urin memakai produk kertas.
“Kami launching 2017, kalau pipis itu urin bisa menjadi gel, tapi belum banyak diminati,” ujar Mariana.
Tak berhenti di situ, pihaknya mengembangkan produknya dengan bahan plastik ramah lingkungan berbahan corong yang bisa dipakai untuk traveling. Hal itu dilakukan untuk menfasilitasi jemaah haji dan umroh yang tinggi.
Pasca Pandemi Covid-19, pihakya mengikuti Makkah Expo pada Maret 2022 lalu dan menghasilkan kontrak kerjasama pembelian senilai 170 ribu US$. Pihaknya saat ini tengah mengurus perizinan perbekalan peralatan rumah tangga (PKRT).
“Kami pikir produk kami hanya untuk jalan-jalan saja, tapi setelah dibantu Disperindag produk kami bisa masuk ke produk kesehatan juga. Jadi ekspor itu gampang-gampang susah, tapi ini membuat kami dan tim tetap berprasangka baik, karena milenial itu punya semangat, tenaga dan mimpi yang tidak terbatas,” pungkasnya. (*/red)