Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.
Memasuki masa kemerdekaan Indonesia, tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut dinasionalisasikan, dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini.
Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.
Baca Juga:Biografi Pangeran Kornel Atau Pangeran Kusumadinata IXBiografi Pangeran Angkawijaya Atau Prabu Geusan Ulun
Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat perguruan tinggi, yakni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Universitas Padjadjaran dan Universitas Winaya Mukti.
Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an. Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat.
Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.
Institut Teknologi Bandung kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010, pada tahun 2015 Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan Bandung Raya.
Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
Sejarah jembatan cincin dan asal nama Jatinangor Sumedang, semoga informasi kami bisa bermanfaat.