Sumedangekspres – Kodam (Komando Daerah Militer) III/Siliwangi, komando kewilayahan pertahanan kawasan Jawa Barat. Pasukan Siliwangi merupakan salah satu angkatan bersenjata yang membela negara sejak zaman penjajahan dan turun dalam medan perang melawan Belanda dan mengatasi pemberontakan bersenjata.
Terbentuknya Kodam Siliwangi
Lima hari setelah pembacaan teks proklamasi oleh Ir, Soekarno, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertujuan sebagai wadah para pejuang. Salah satunya adalah Pasukan Siliwangi.
Indonesia terus mendapat tekanan dari luar negeri yang terus meningkat. Pergantian nama pun terjadi pada 05 Oktober, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Baca Juga:85 Juta Lapangan Pekerjaan Akan Hilang pada 2025, Begini Faktanya!Daftar Kegiatan Seru untuk Mengisi Liburan di Rumah
Komandemen-I TKR yang menaungi 3 divisi. Divisi tersebut diantaranya, Divisi-I yang meliputi Karesidenan Banten dan Bogor. Markas divisi ini berlokasi di Serang, Banten. Divisi-II meliputi Karesidenan Jakarta dan Cirebon. Markas Divisi-II terletak di Linggarjati. Sementara, Divisi-III mencakup wilayah Karesidenan Priangan yang bermarkas di Bandung.
Agresi Militer
Divisi Siliwangi yang bertanggung jawab membawahi ketika divisi tersebut. Selama beberapa periode, nama ini terus mengalami perubahan. Perubahan nama pertama pada 24 Juli 1950, menggunakan nama Tentara dan Teritorium (TT) III Siliwangi. Diganti lagi menjadi Kodam IV/Siliwangi pada 24 Oktober 1959. Pada tanggal 2 Februari 1985 hingga saat ini dikenal dengan Kodam III/Siliwangi.
Peristiwa Agresi Militer I pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947 membuat seluruh pasukan Siliwangi terpaksa mundur. Para angkatan bersenjata menyebar ke hutan dan pedalaman. Meskipun pernah dipukul mundur saat agresi pertama, pasukan Siliwangi berhasil membuat serdadu Belanda ketakutan.
‘hit and run’ merupakan strategi yang digunakan Angkatan bersenjata Siliwangi pada kala itu, dan mampu menggempur Belanda. Peristiwa agresi militer pertama angkatan bersenjata mampu menewaskan sekitar 169 orang tentara Belanda. Pasukan Siliwangi menerapkan gerilya, jumlah serdadu Belanda yang tewas mengalami peningkatan menjadi 597 orang.
Taklama setelah itu, perjanjian Renville memaksa divisi ini meninggalkan kandangnya. Kodam III/Siliwangi bergabung dengan pasukan inti dari Jawa Tengah. Namun kedatangan pasukan Siliwangi di Jawa Tengah tidak disambut dengan baik oleh divisi lain. Tidak sedikit angkatan bersenjata yang termakan isu yang disebarkan oleh Belanda. Hal ini akhirnya memecah belah kesatuan TNI di Indonesia kala itu. pengurangan jatah makan, mendapat julukan pasukan penakut, dan lain sebagainya di berikan pada Pasukan Siliwangi.