Sekilas Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang

Sekilas Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang
Sekilas Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang/youtube.UPTD KEBUDAYAAN JABAR
0 Komentar

Intrumen kesenian terbang terdiri atas kelompok Membraphone, idhiophone, Aerophone, dan Chordophone, yang terdiri dari kendang, terbang, gong buyung, rebab dan tarompet.

Lagu yang dibawakan dalam kesenian Bangreng dalam upacara ritual ngaruat bumi yaitu syair yang
mengandung doa.

Aspek pendukung meliputi tempat, waktu, tata suara, kostum, dan sesajen.

Kesenian Bangreng saat ini dilaksanakan dalam dua kategori yaitu sebagai ritual dan hiburan. Dalam acara Upacara seperti Ngaruat Bumi, kesenian Bangreng tidak dapat terlepas keberadaannya karena menjadi satu komponen untuk melengkapi Upacara yang diadakan dengan anggapan bahwa setiap lirik lagu yang dinyanyikan merupakan doa ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tuhan.

Baca Juga:Air Mengalir di Dinding Rumah WargaSitus Jembatan Belanda Di Sumedang Tempo dulu

Kesenian Bangreng yang dipertunjukan sebagai sarana hiburan masyarakat sekitar juga mendapatkan antusias yang baik, karena selain dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar dengan berdagang ketika kesenian ini digelar, juga sebagai sarana kumpul atar ajang silaturahmi antar warga dan antar desa.

Lagu-lagu yang dihadirkan dalam acara hiburan, lebi bersifat umum , dimana selalu mengikuti 70 lagu-lagu yang sedang popular saat, sedangklan lagu-lagu yang digunakan dalam Upacara Ngaruat Bumi, menggunakan lagu-lagu religi yang berisikan doa-doa dengan tujuan agar masyarakat dan hasil taninya melimpah.

Dengan dilaksanakannya acara Upacara Ngaruat Bumi bagi masyarakat Desa Sukatani Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Jawa Barat khususnya yang bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah, juga menjadi sebuah harapan agar mendapatkan kesejahtraan ke depan menjadi lebih baik.

Berikut Sekilas Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang.

0 Komentar