sumedangekspres – Sejarah Singkat Kesenian Kuda Renggong Sumedang
Dikutip dari laman website kebudayaan.kemdikbud.go.id, berikut sejarah singkat mengenai kuda renggong.
Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang.
Kata “renggong” di dalam kesenian ini merupakan metatess dari kata ronggeng yaitu kamonesan (bahasa Sunda untuk “keterampilan”) cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang, yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak sunat.
Baca Juga:Surga Tersembunyi Di Sumedang, Keindahan Alam Di Curug Sabuk!Ridwan Kamil Lantik 154 Kepala Sekolah dan 27 Pejabat Fungsional di Lingkungan Pemda Provinsi Jabar
Menurut tuturan beberapa seniman, Kuda Renggong muncul pertama kali dari Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.
Di dalam perkembangannya Kuda Renggong mengalami perkembangan yang cukup baik, sehingga tersebar ke berbagai desa di beberapa kecamatan di luar Kecamatan Buahdua.
Dewasa ini, Kuda Renggong menyebar juga ke daerah lainnya di luar Kabupaten Sumedang.
Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh gatotkaca, dinaikkan ke atas Kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa.
Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambutan menyambung dengan tembang-tembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang geulis, Rayak-rayak, Ole-ole, Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu, dll.
Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah.
Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat.
Baca Juga:Revitalisasi Buat Situ Gede Jadi Destinasi Wisata MenarikSilaturahmi Ulama dan Umara, Ridwan Kamil Imbau Sambut Tahun Politik dengan Bijak
Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan.
Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari.
Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan).
Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan.
Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (manaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu terutama oleh anak-anak desa.