sumedangekspres– Mitos mengenai percintaan setelah berkunjung ke Gunung Kunci Sumedang, mitos masih saja dipercayai oleh sebagian orang, bahkan mitos putus cinta setelah berkunjung ke Gunung Kunci. Gunung Kunci, merupakan salah satu kawasan Taman Hutan Raya (Tahura), di wilayah Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.
Cerita tentang mitos bisa putus cinta bila pasangan memasuki kawasan Gunung Kunci Sumedang ini, konon sudah diyakini masyarakat sejak lama. Bahkan beberapa warga Sumedang diantaranya, ada yang mengaku sempat mengalami sendiri mitos putus cinta itu, setelah mengajak pasangannya jalan ke destinasi wisata Gunung Kunci.
Kisah soal mitos putus cinta ini, kata Nurdani, dialami pada saat dirinya masih duduk di bangku STM sekitar tahun 2003 silam, ketika masih berpacaran dengan teman sebayanya. Mengenang masa-masa pacaran dulu sebelum menikah. Pada saat awal janjian, dia bersama pacarnya baik-baik saja, malah ketika di angkutan dalam perjalan menuju Gunung Kunci Sumedang, mereka juga sempat bersenda gurau layaknya pasangan yang lagi pacaran. Namun anehnya, ketika mereka berdua sampai ke Gunung Kunci Sumedang, tidak lama kemudian tiba-tiba malah langsung bertengkar saling menyalahkan. Pas awal berangkat, kita tidak ada masalah. Namun pas sampai di Gunung Kunci, tiba-tiba kami malah bertengkar. Tidak lama setelah bertengkar, pacarnya langsung pulang dan naik angkutan sendiri. Dan sejak itu, pacarnya langsung ngajak putus, tidak mau bertemu lagi.
Baca Juga:Ciri Pria yang Sangat Diinginkan Perempuan untuk Menjadi Pasangan!Waspada Kejahatan Dunia Maya, Modus Bobol Rekening Dengan Buka Link Undangan Digital!
Mitos soal hubungan pacaran bisa putus bila memasuki destinasi wisata Gunung Kunci Sumedang ini, telah diyakini masyarakat luas, sebab faktanya memang banyak juga warga yang pernah mengalaminya langsung.
Itulah mitos mengenai percintaan setelah berkunjung ke Gunung Kunci Sumedang, seiring berjalannya waktu, mitos tentang pasangan bisa putus cinta di Gunung Kunci Sumedang ini, perlahan sudah mulai tidak terdengar, walaupun sebagian kalangan masyarakat yang sudah berusia lanjut sampai sekarang masih meyakini mitos tersebut.