sumedangekspres – Kelangkaan air merupakan urgensi ketahanan nasional dalam agenda berkelanjutan. Hanya 1% dari air di permukaan bumi yang dapat diakses sebagai air minum, sementara satu dari 10 orang berjuang untuk mengaksesnya.
Kelangkaan air juga berdampak pada kesetaraan gender dan kesehatan. Dari India hingga Afrika dan sekitarnya, anak perempuan dan perempuan muda menanggung beban mengambil air bersih untuk keluarga mereka, hal itu sejadinya menghambat perkembangan pendidikan mereka.
Kelangkaan air dan kurangnya kebersihan air, memiliki implikasi kesehatan yang negatif. Hal tersebut menjadikannya sebagai masalah umum di negara-negara berkembang.
Baca Juga:Cara Menghilangkan Panu sampai ke Akarnya, Ada 11 Obat yang Bisa Kamu PilihPetani Kecil Dapat Memperbaiki Sistem Pangan Dengan Teknologi Yang Tepat
Perubahan iklim memperburuk krisis air di berbagai belahan dunia. Peningkatan banjir membuat upaya untuk meningkatkan standar WASH lebih sulit dari sebelumnya. Masalah-masalah ini juga merusak jalur perdagangan vital, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan mencegah pasokan air ke area-area yang membutuhkan.
Di tempat lain, ketinggian air secara drastis mengubah dunia seperti yang kita ketahui. Fenomena itu menciptakan ketegangan baru yang harus dihadapi pemerintah.
Air dan keamanan nasional secara intrinsik memang saling terkait. Berikut ini adalah tiga alasan, mengapa dua variabel itu memiliki keterkaitan yang erat :
1) Kekurangan Pangan
Sebagaimana dibuktikan di Sudan Selatan, kekurangan pangan merupakan konsekuensi dari krisis air. Banjir selama tiga tahun telah membuat sebagian besar lahan pertaniannya tidak dapat digunakan, membuat negara itu menghadapi kerawanan pangan tertinggi sejak 2011.
Air banjir yang tidak sehat ini juga menyusup ke sumber daya air tawar, dan menimbulkan dampak kesehatan yang serius.
2. Migrasi
Keamanan air mengancam kehidupan manusia. Saat manusia melarikan diri dari banjir dan kekeringan, mereka seringkali tidak punya pilihan selain melintasi perbatasan ke tempat yang lebih aman. Fenomena ini mengacaukan wilayah dan keseimbangan sumber daya vital.
Laporan Groundswell Bank Dunia memproyeksikan bahwa, bencana terkait perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan, dapat menyebabkan 216 juta orang pindah ke wilayah lain bahkan ke luar negeri pada tahun 2050.