Catatan lainnya kemudian diungkap oleh Sulaeman Anggapradja yang meneliti kudi dan kujang. Dirinya menemukan beberapa skrip berbahasa Jawa kuno seperti berikut ini.
“Sebuah kujang yang disebut sebagai kujang kebesaran Prabu Wangi atau Sang Nata, berbentuk peta tanah Sunda, luasnya sampai wilayah Jawa Tengah. Pada kujang tersebut tampak penggambaran Ujung Kulon, Teluk Banten, Pelabuhan Ratu, dan lain-lain,” bunyi skrip tersebut.
Bentuk Pulau Jawa pada Kujang merupakan filosofi dari cita-cita Prabu Kudo Lalean, yaitu menyatukan kerajaan-kerajaan kecil tanah Jawa untuk menjadi satu kerajaan yang dikepalai Raja Padjajaran Makukuhan.
Sementara itu, tiga lubang pada Kujang melambangkan Trimurti atau tiga bidang Ketuhanan dari agama Hindu, kepercayaan yang ditaati Kudo Lalean. Ketika pengaruh Islam tumbuh di pulau Jawa, Kujang kemudian mengalami reka bentuk mirip huruf Arab ‘Syin’. Menurut jurnal dari Universitas Krisnadwipayana, ‘Syin’ pada Kujang merupakan huruf pertama dalam sajak (kalimat) syahadat. Tiga lubang yang melambangkan ‘Trimurti’ juga kemudian digantikan oleh lima lubang yang melambangkan lima tiang dalam rukun Islam. Di masa ini, Kujang menggambarkan paduan dua model rancangan Prabu Kudo Lalean dengan Prabu Kian Santang.
Itu tadi Sejarah Kujang, Benda Pusaka Asal Tanah Pasundan