Melihat esai yang tidak biasa tersebut, Aumann menilai temuannya adalah red flag. Ia lalu menanyakan keaslian penulisan tugas kuliah tersebut pada si mahasiswa.
Dan mahasiswa tersebut mengaku menggunakan ChatGPT untuk membantu menyelesaikan tugas esainya.
Aumann merespons temuan tugas kuliah yang dikerjakan AI tersebut dengan rencana pengetatan aturan penulisan tugas.
Baca Juga:Tips Mengatur Pola Tidur Saat Ramadhan Agar Tetap Bugar!Ternyata Google Pantau Kamu 24 Jam! Begini Cara Stopnya!
Pertama, mahasiswa harus menulis draft pertama di ruang kelas, menggunakan peramban (browser) yang merekam dan membatasi aktivitas komputer.
Kedua, tiap perubahan di draft tugas awal harus bisa dijelaskan mahasiswa. Dosen ini juga menimbang untuk tidak menyertakan esai sebagai tugas kuliah.
Ilmuwan: AI Belum Tentu Jadi Game Changer Tugas Kuliah
Ilmuwan komputer dan periset integritas akademik Thomas Lancaster dari Imperial College London menilai ChatGPT belum tentu menjadi pendisrupsi atau game changer bagi tugas kuliah mahasiswa.
Sebab, dengan cara lain, ‘joki tugas’ manual maupun berbasis komputer sudah ada dari dulu.
Seperti yang diungkapkan bahwa belum tentu AI chatbot yang sekarang akan menambag fungsi dari versi yang sebelumnya sudah ada.
Karena meskipun labelnya “kecerdasan buatan”, namun sistemnya tidak berpikir dengan cara seperti manusia.
AI chatbot ini sudah dilatih untuk memberikan pola kata-kata berdasarkan data pola kata saja.
Baca Juga:Rekomendasi Aplikasi AI untuk Memudahkan Hidup Kamu!Bacaan Niat dan Tata Cara Shalat Tarawih di Rumah Berjamaah
Ilmuwan: Fokus Saja Kembangkan Skill Bernalar
Ilmuwan komputer Arvind Narayanan dari Princeton University AS menuturkan, esai pada dasarnya bisa digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan mahasiswa dan skill menulis.
Karena itu, keberadaan AI chatbot untuk tugas kuliah bisa menyulitkan penilaian oleh dosen.
Di sisi lain, Narayanan berpendapat, akademisi bisa jadi lebih berfokus pada evaluasi pemikiran kritis atau penalaran mahasiswa, yang belum bisa dikelabui ChatGPT.
Dengan begitu, menurutnya, mahasiswa bisa belajar fokus mengembangkan pengetahuan dan kemampuan bernalarnya ketimbang menjawab pertanyaan atau topik esai dan mengumpulkan tugas kuliah.