sumedangekspres – Sejarah Makam Marongge Sumedang salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia.
Desa ini memiliki berbagai keunikan dan sejarah yang menarik untuk dipelajari. Sejarah Marongge Sumedang diperkirakan sudah ada sejak masa Kolonial Belanda.
Berbagai peninggalan sejarah seperti bangunan tua dan artefak peninggalan masa lampau masih dapat dijumpai di sana.
Baca Juga:Sekilas Sejarah Darmaraja SumedangCara Daftar Indriver Motor Online
Selain itu, Marongge juga dikenal sebagai desa penghasil kerajinan anyaman dari bahan daun pandan.
Kerajinan anyaman ini telah menjadi kebanggaan warga Marongge dan menjadi daya tarik wisata yang cukup populer di daerah tersebut.
Meskipun telah melalui zaman yang berbeda, namun Sejarah Marongge Sumedang masih terus hidup sampai saat ini.
Makam biasanya dibangun untuk mengenang dan menghormati para tokoh atau leluhur yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam sejarah atau kehidupan masyarakat.
Beberapa makam di Indonesia, seperti Makam Bung Karno dan Makam Soekarno-Hatta, menjadi tempat bersejarah yang banyak dikunjungi wisatawan.
Selain itu, beberapa makam juga dikaitkan dengan cerita atau legenda tertentu yang memberikan nilai lebih dalam sejarah dan budaya masyarakat di sekitarnya.
Banyak dari makam tersebut menjadi objek studi sejarah dan kebudayaan yang menarik untuk dipelajari.
Baca Juga:Cara Daftar sisdmk Sosialisasi Aplikasi Sistem Informasi SDM KesehatanCara Memasukan Kartu Atm Bri
Makam Keramat di Marongge
Sebuah topik yang sangat menarik untuk dibahas. Pada masa lalu, kepemilikan makam seringkali menjadi sumber konflik di antara masyarakat, terutama ketika terjadi perseteruan atau perang antar bangsa atau daerah.
Kepemilikan makam juga bisa menjadi simbol dari prestise dan kehormatan suatu keluarga atau komunitas.
Menurut sejarahnya makam marongge adalah makam Embah Gabug dan tiga saudaranya bernama, embah Setayu, embah Naibah dan embah Naidah.
Mereka ini merupakan bala tentara dari Mataram yang di utus oleh Sultan Mataram untuk menangkap raja dari kerajaan Talaga.
sang raja Talaga disebutkan telah melakukan penghinaan kepada sang Sultan Mataram.