Sejarah Desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari

Sejarah Desa Jatisari Tanjungsari
Sejarah Desa Jatisari Tanjungsari
0 Komentar

Kemudian Kecamatan Cikeruh dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Jatinanggor dan Kecamatan Cimanggung.

Desa Tanjungsari sempat mengalami pemekaran desa menjadi 2 (dua) desa pada masa kepemimpinan Nanang Heryana sebagai kepala desa yaitu pada tahun 1982, sehingga menjadi awal sejarah terbentuknya desa yaitu Desa Jatisari yang berbeda dengan Desa Jatisari. Desa Tanjungsari.

Nama desa yang dihasilkan dibahas oleh tokoh masyarakat desa Tanjungsar yang tergabung dalam forum LMD dan LKMD.

Baca Juga:Sejarah Kabupaten Purwakarta Saat Jaman BelandaPeninggalan Sejarah Kerajaan Sumedang

Dalam penentuan nama desa yang baru dibentuk ini cukup menjadi pertimbangan bagi para pemimpin pada masa itu, banyak sekali nama yang muncul yang didiskusikan dan setelah melalui berbagai musyawarah akhirnya diperoleh 2 (dua) nama desa pemekaran yaitu Jatisari dan Kenangasari, keduanya memiliki klaim dan filosofi satu sama lain. Berdasarkan kesepakatan yang mendapat suara terbanyak, diputuskan untuk memecah desa yaitu. Desa Jatisari dan desa lama masih desa Tanjungsrai.

Jatisari yang menyangkut filosofi mengambilnya dari Jati yang berarti asal kemudian Sari diambil dari Tanjungsari.

Karena Kampung Babakanjati berada di wilayah desa Pemekaran, ini juga merupakan gagasan bahwa kata Babakan berarti pemukiman awal yang berkembang menjadi pemukiman, jadi kata Jati berasal dari Babakanjati dan dimaksudkan untuk merayakan masa depan tentang Untuk. generasi, desa Jatisar ini awalnya bagian dari desa Tanjungsar.

Saking dalamnya, para sesepuh memunculkan nama Jatisari, karena jika kita lihat pohon yang bernama jati itu memiliki kelas khusus, ditambah esensi tambahan, karena yang kita butuhkan hanyalah esensi, seperti ekstrak dari makanan, ekstrak dari pengetahuan, sari tuturan dll, karena nama sari adalah isi atau kandungan utama dari objek tersebut.

Filosofi kayu jati dalam peribahasa sunda adalah istilah “Bad-bad Jati Papan”, yaitu “Teu pudar my usum teu laas zamanku” dalam artian tidak terkondisi oleh waktu, tidak lekang oleh waktu, jadi saya tentu berharap. tersedia bahan terbaik, yang penting bagaimana potensi yang ada dimanfaatkan.

Kesimpulannya Desa Jatisari lahir atau keluar dari kandungan terbaik yang harus kita tanamkan untuk menghasilkan yang terbaik yang mendorong kemajuan desa yang harus dialami oleh seluruh warga Desa Jatisari yaitu sejahtera lahir dan batin.

0 Komentar