Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Melawan Jepang

Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Melawan Jepang
Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Melawan Jepang (ist/wikipedia)
0 Komentar

sumedangekspres – Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Melawan Jepang.

Rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap kebijakan Jepang yang bertentangan dengan ajaran Islam, karena mayoritas rakyat Singaparna mengikuti ajaran Islam.

Berbagai bentuk perlawanan ini patut diakui dan dipahami.

Rakyat Singaparna melakukan perlawanan karena kondisi kehidupan mereka yang sangat menderita di bawah pemerintahan Jepang.

Mereka dipaksa menjadi romusha dan banyak yang diasingkan ke luar Jawa, tidak kembali ke daerah asal karena kekejaman alam dan tindakan Jepang.

Baca Juga:10 Tari yang Berasal dari Jawa Barat dan Ciri KhasnyaSegini kenaikan UMK di Jawa Barat dari 2022 ke 2023

Para rakyat juga menghadapi kesulitan dengan hasil panen pertanian mereka, seperti padi dan beras, yang harus diserahkan sepenuhnya kepada pihak Jepang, menyebabkan penderitaan di seluruh wilayah.

Perlawanan ini mencuat pada tahun 1944 dan menyebabkan kemarahan dari pihak Jepang.

Akibatnya, pemerintahan Jepang mengirim rombongan mereka untuk melakukan perundingan di Sukamanah.

Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Melawan Jepang Dipimpin Oleh?

Tokoh perlawanan rakyat Singaparna Jawa Barat melawan Jepang dipimpin oleh seorang tokoh yang terkemuka yakni K. H. Zainal Mustofa, seorang ajengan di Sukamanah.

Ia secara diam-diam membentuk Pasukan Tempur Sukamanah yang dipimpin oleh Najminudin.

Pertarungan berlangsung dengan senjata, dan pihak rakyat Singaparna menggunakan pedang dan bambu runcing sambil berteriak takbir.

Meskipun jumlah pasukan mereka lebih kecil dan peralatan senjata kurang lengkap daripada pihak Jepang, seluruh pengikut Zainal Mustafa bertempur dengan tekad kuat.

Baca Juga:5 Alat Musik dari Jawa Barat yang Paling Populer dan Memiliki Suara MerduUMP DAN UMK JAWA BARAT 2023: Peningkatan Upah untuk Pekerja

Namun, akhirnya banyak korban jiwa jatuh karena kalah jumlah dengan Jepang.

Karena perlawanannya, Kiai Zainal Mustafa dan 27 pengikutnya dihukum mati pada 25 Oktober 1944.

Selain itu, guru K.H. Zainal Mustofa, yaitu Kiai Emar, mengalami penyiksaan dari polisi Jepang hingga meninggal dunia.

Perlawanan rakyat Singaparna menunjukkan semangat keberanian dan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai agama dan martabat mereka meskipun menghadapi kekuatan yang lebih besar.

0 Komentar