sumedangekspres – Batara Karang Menurut Islam, penyebaran agama Islam di Tatar Pasundan atau Jawa Barat tidak lepas dari peran Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati merupakan salah satu anggota Walisongo yang menyebarkan agama Islam di wilayah Pasundan atau Jawa Barat.
Batara Karang Menurut Islam, sepeninggal Sunan Gunung Jati, banyak tokoh yang terus berjuang menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya adalah Syekh Abdul Muhyi, dua abad setelah Sunan Gunung Jati.
Baca Juga:Inilah Sinopsis Upin Ipin Berjudul Keris Siamang Tunggal!Inilah Pengertian Dari Sarung Keris Yang Disebut Warangka!
Syekh Abdul Muhyi lahir di Mataram pada tahun 1071 H atau 1650. Bapak Syekh Abdul Muhyi diperintahkan oleh gurunya untuk berdakwah di wilayah selatan Jawa Barat.
Syekh Abdul Muhyi mengikuti perintah gurunya dengan cara berkelana sesuai petunjuk gurunya.
Dikisahkan saat Syekh Abdul Muhyi datang ke Lebak Siu. Ia diserang oleh jagoan ilmu hitam, yaitu Mbah Ibra dan Mbah Asmun. Dua pendekar ilmu hitam menyerang Syekh Abdul Muhyi yang sedang shalat dan dalam keadaan sujud.
Situasi yang mereka anggap sangat menguntungkan keduanya. Karena mereka akan dengan mudah menyerang Syekh Abdul Muhyi dari belakang.
Seketika itu juga dua tokoh ilmu hitam menyerang Syekh Abdul Muhyi dari belakang dengan ilmu Batara Karang.
Namun yang terjadi, di hadapan kesaktian Syekh Abdul Muhyi, dua orang yang bersiap melakukan kejahatan tiba-tiba membeku di kaki dan lengannya.
Setelah Syekh Abdul Muhyi selesai shalat, ia terkejut melihat dua orang berdiri di belakangnya seperti patung.
Baca Juga:Ekonomi Kreatif dan Pasar Seni Sumedang: Menyingkap Potensi Masa DepanTeknologi Ramah Lingkungan untuk Membawa Sumedang Menuju Kabupaten Paling Maju
Syekh Abdul Muhyi kemudian menanyakan siapa keduanya yang datang ke rumahnya dan untuk tujuan apa.
Keduanya kemudian meminta maaf kepada Syekh Abdul Muhyi karena ingin bunuh diri.
Kemudian, Syekh Abdul Muhyi berdoa agar kedua patung jagoan itu kembali seperti semula.
Setelah kembali normal, keduanya kembali berusaha menyerang Syekh Abdul Muhyi dengan mencabut parang dari sarungnya.
Parang yang telah ditarik dari sarungnya terbukti tidak dapat dijangkau karena parang terus melebar, mencegah parang keluar dari sarungnya.