sumedangekspres – Keunikan Kujang, Senjata Tradional Jawa Barat : Benarkah Senjata Ini Jimat yang Menyimpan Kekuatan Magis Para Dewa?
Pada masa lampau, wilayah Jawa Barat merupakan daerah yang luas dan menjadi tanah bagi Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja, atau lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi oleh masyarakat luas.
Kerajaan Sunda Hindu mengalami krisis karena pengaruh agama Islam yang dibawa oleh saudagar Arab.
Baca Juga:Peringati HUT ke-78 RI, Plh Wali Kota Bandung Ajak Kibarkan Bendera Mulai 1 AgustusPotensi Seni Ukir di Sumedang, Pernah Menembus Pasar Mancanegara!
Untuk menghadapi perubahan tersebut, Prabu Jayadewata menciptakan naskah kuno sebagai panduan bagi masyarakat Sunda.
Pada tahun 1518, Prabu Jayadewata menciptakan kitab pedoman hidup bernama Sanghyang Siksa Kandang Karesian, sebagai panduan hidup bagi masyarakat Sunda di Kerajaan Pajajaran.
Kitab ini memuat berbagai norma, moral, budaya, adat-istiadat, dan kesenian khas dari wilayah Sunda Pajajaran.
Salah satu senjata tradisional yang termuat dalam naskah kuno ini adalah kujang.
Kujang adalah senjata tradisional yang khas dari Jawa Barat, bentuknya sering digunakan sebagai motif dalam batik, patung, dan lambang yang mencerminkan budaya Suku Sunda.
Asal usul istilah “kujang” berasal dari bahasa Sunda kuno, “kudi” yang berarti senjata atau jimat dengan kekuatan gaib, dan “hyang” yang berarti dewa.
Secara harfiah, kujang dapat diartikan sebagai senjata atau jimat yang memiliki kekuatan magis dari dewa.
Baca Juga:Cara Melestarikan Budaya Sunda di Sumedang, Urang Sunda Kedah Terang!Atalia Praratya Apresiasi Kolaborasi Pentahelix dalam Penurunan “Stunting” di Sumedang
Kujang memiliki nilai sakral dan mistis, digunakan sebagai simbol status, penghormatan kepada orang yang berjasa bagi kerajaan, serta ajimat atau pusaka bagi para petinggi dan bangsawan Kerajaan Pajajaran.
Kujang berfungsi sebagai perkakas multifungsi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Sunda.
Kujang yang digunakan oleh rakyat memiliki bentuk sederhana dan terbuat dari bahan yang tidak terlalu mahal, sementara kujang yang digunakan oleh para petinggi memiliki bahan yang mewah dan desain yang indah.
Kujang terdiri dari empat bagian utama, yaitu papatuk atau congo (bagian ujung yang lancip dan tajam), silih atau eluk (tubuh kujang yang melengkung seperti sebelah sayap burung yang merentang), tadah (bagian menonjol pada perut kujang), dan mata (lubang pada kujang).