Teknik bordir beragam, dari bordir tangan dengan benang dan jarum, hingga bordir mesin yang lebih modern, hingga bordir dengan permata atau manik-manik untuk efek yang lebih mewah.
Setiap teknik menyulam membutuhkan keterampilan dan ketelitian pengrajin, serta kreativitas untuk menciptakan desain yang menarik.
Selain sebagai bentuk seni, sulaman lebih dari sekedar hiasan.
Dalam beberapa budaya, sulaman digunakan sebagai simbol status, simbol keberuntungan atau bahkan ekspresi cinta dan harapan.
Baca Juga:Keberdayaan dan Kebudayaan Masyarakat Pedalaman SumedangMenikmati Potensi dan Pengembangan Pesona Pariwisata Sumedang
Pola dan warna yang digunakan dalam sulaman seringkali memiliki makna simbolis, bercerita tentang cerita atau mitos tertentu atau menggambarkan unsur alam dan lingkungan sekitar.
Ukiran dan kerajinan kayu di desa Cipacing dan Cibeusi
Kerajinan yang pertama adalah ukiran kayu dan kerajinan yang ditemukan di desa Cipacing dan Cibeusi. Sentra kerajinan ini disebut-sebut sebagai yang tertua di negeri
Sunda, berdiri sejak tahun 1970.
Namun sentra kerajinan ini baru populer dan dikenal luas oleh masyarakat sekitar tahun 1990-an, ketika perajin di desa Cipacing dilatih oleh Tanti Supiarno, mantan
anggota DPR, pada tahun 2014. 1992, untuk produksi dan pengembangan berbagai produk kerajinan kayu.
Saat ini para perajin di Desa Cipacing sedang belajar membuat berbagai kerajinan kayu, mulai dari patung hingga alat musik dari luar negeri. Tak heran jika sejak saat itu,
para perajin mampu menciptakan banyak kerajinan tangan dengan kualitas terbaik.