sumedangekspres – Di tengah samudra raya yang menggoda, sang Ratu Laut tetap menguasai khayalan dan kepercayaan banyak orang.
Tak jarang, ia dijuluki “Putri Kadita”. Namun, mengapa gelar tersebut melekat begitu erat pada dirinya?
Tak bisa disangkal, Indonesia adalah negeri yang kaya akan kisah mistis. Salah satu yang menonjol adalah legenda Nyi Roro Kidul, ratu lautan selatan.
Baca Juga:Keindahan dan Kepraktisan: Model Pintu Rumah MinimalisMengkombinasikan Outfit Berwarna Kuning Lemon
Sejak zaman dahulu, ia dianggap memiliki kecantikan dan kekuatan yang luar biasa.
Namun, di balik pesona itu, misteri seputar gelarnya telah mengundang tanya dan takjub.
Panggilan “Putri Kadita” ternyata tidaklah sekadar julukan sembarangan. Ia mengacu pada legenda lain yang tumbuh dalam budaya Sunda.
Kadita, seorang putri jelita dari Kerajaan Pajajaran, memiliki cerita yang tak kalah menarik.
Kecantikan dan kebaikan hatinya membuatnya mendapat tempat khusus di hati rakyatnya. Ia terkenal akan ketulusan dan kebijaksanaannya dalam memimpin.
Kadita memiliki ikatan kuat dengan laut, bahkan lebih kuat dari ikatan cintanya dengan sang pangeran.
Ia memilih untuk bersatu dengan lautan demi melindungi rakyatnya.
Legenda ini menjadi corak yang mirip dengan cerita Nyi Roro Kidul, yang juga memiliki ikatan yang tak terpisahkan dengan lautan.
Baca Juga:Pendidikan Melalui Wisata Edukasi Radio di SumedangSumedang Wisata Edukasi: Meradio Merdu Membuka Wawasan
Persamaan inilah yang kemungkinan mengawali penyatuan gelar dan sosok dalam imajinasi kolektif.
Dalam narasi Indonesia yang sarat dengan spiritualitas, gelar “Putri Kadita” juga membawa makna simbolis.
“Putri” adalah sebutan yang mencerminkan keanggunan, kelembutan, dan kebijaksanaan. Sedangkan “Kadita” memiliki daya magis yang menggambarkan kekuatan gaib dan ikatan mistis dengan alam.
Penyatuan ini melahirkan citra sosok Nyi Roro Kidul yang kuat namun lembut, memikat namun bijaksana.
Tak hanya itu, keberadaan gelar “Putri Kadita” turut memberikan dimensi baru pada legenda Nyi Roro Kidul.
Ia bukan lagi sekadar sosok mitos yang menakutkan, tetapi juga menjadi figur yang lebih dekat dengan manusia.
Gelar tersebut mengundang pandangan bahwa di balik ombak yang mempesona, terdapat sosok yang penuh empati dan perhatian terhadap kehidupan manusia.
Dalam kebudayaan yang terus berkembang, penjelasan rasional dan imajinasi seringkali berpadu.