sumedangekspres – Di balik gemuruh zaman yang terus berubah, ada sebuah sentuhan nostalgia yang memikat di setiap sudut Sumedang, Jawa Barat.
Sebuah perjalanan dalam waktu, di mana Menara Arloji yang berusia lebih dari dua abad, masih tegak kokoh, menjadi saksi bisu bagi kisah yang perlahan mengalun dalam nafas kehidupan.
Tahun 1800-an, Menara Arloji itu berdiri, sebuah tiang kokoh yang kala itu tak hanya menunjukkan waktu, namun juga menghantarkan dentingan keseharian.
Baca Juga:Jejak Sejarah: Wisata Sejarah Museum SumedangWah Baru Tahu Ternyata Anggur Brazil Banyak Vitaminya
Memandangnya, seperti menyentuh jejak masa lalu yang masih dalam jangkauan tangan.
Menara itu bukan sekadar berdiri sebagai penunjuk waktu, melainkan simbol perkebunan karet yang dipraktikkan oleh orang Jerman di tanah Sumedang.
Bukannya tanpa cerita, Menara Arloji ini perlahan bermetamorfosis seiring pergantian abad.
Melalui puluhan tahun, aktivitas seputar perkebunan karet terus berdenyut, seperti denyut nadi yang tak pernah lelah.
Setelah berabad-abad, tahun 1990 menjadi saksi bisu ketika perkebunan karet bergeser menjadi ilmu pengetahuan.
Bangunan-bangunan megah berdiri memenuhi lahan yang sebelumnya disapu oleh deru karet.
Empat perguruan tinggi, seperti perwujudan dari evolusi, merebak dan mengubah lanskap. IPDN, IKOPIN, UNPAD, dan UNWIN keempatnya tumbuh dari tanah yang kaya sejarah.
Baca Juga:Rumah Wangi dengan Bakar Dupa AromaterapiCara Pasang Tenda Anak
Terikat dalam benang merah sejarah, Menara Arloji tak henti menyaksikan perubahan zaman, dari jejak karet hingga lentera ilmu.
Namun, cerita tak selalu indah tanpa sentuhan tangan yang memelihara.
Di tengah kepungan waktu yang terus berlalu, Menara Arloji dan kawasannya kian terkikis oleh gelombang modernitas.
Namun, ketika UNWIN, yang kini menjadi bagian dari perguruan tinggi ITB, membuka pintu kehidupan baru, taman kejayaan itu kembali bersemi.
Seakan mendengar bisikan sejarah, ruang dan waktu berpadu. Peninggalan masa silam yang hampir pudar, kini terhampar dengan anggun.
Jejak zaman masih bisa ditemukan di setiap sudutnya. Mengintip dari balik daun-daun hijau, Menara Arloji terbujur kembali dalam tidurnya yang tak pernah abadi.
Sebuah gagasan muncul, seperti semangat pejuang yang kembali membara.
Mengubah Menara Arloji menjadi taman arloji sebuah wadah yang tak hanya mengabadikan sejarah, melainkan mengajak orang untuk merenung.