Beda halnya dengan uang logam nikel yang berwarna silver metalik dan memiliki bobot lebih berat serta padat daripada aluminium.
Cetakan pertama jenis nikel pada uang logam adalah nominal Rp50 sen, sedangkan untuk saat ini dapat dijumpai di Rp1000 tahun 2010.
Selanjutnya, yaitu uang logam berbahan dasar kuningan dengan tampilan keemasan.
Persamaan bahan dasar nikel dan kuningan pada uang logam adalah bobot yang hampir setara beratnya.
Baca Juga:Uang Koin Arab 1 Dirham Berapa Rupiah? Berikut Cara Perhitungan Sekaligus Sejarah Uang Dirham!Inilah Sederet Uang kuno yang dicari kolektor! harga melambung tinggi!
Rp10 sen pada tahun 1974 merupakan cetakan pertama kali uang logam kuningan, sedangkan masa kini dapat dijumpai di pecahan Rp500 tahun 2003.
Selain itu, uang logam di Indonesia juga pernah dibuat dengan campuran dua bahan sekaligus, yaitu kuningan dan nikel
Uang logam jenis ini diterbitkan pada tahun 1993 hingga 2000 dengan nominal pecahan Rp1000.
Intinya, uang logam adalah alat transaksi seperti halnya uang kertas, namun nominalnya lebih kecil.
Hingga saat ini, penggunaan uang logam sebagai alat transaksi masih sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Misalnya, untuk keperluan membayar parkir, melengkapi jumlah transaksi, hingga sebagai kembalian.
Namun, uang logam tersebut tidak semuanya masih berlaku, tercatat kini hanya nominal Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1000 saja yang masih sering digunakan.
Baca Juga:Cara cepat menghilangkan benjolan di leher secara alami, Manjur dan terbukti hilang!Cara Mudah Penukaran Uang Koin Asing di Bank!
Nah, berikut ada ciri-ciri uang logam yang telah terbit sejak tahun 1991 dan masih bisa digunakan hingga saat ini, yaitu:
Rp100 emisi 2016 dengan gambar depan Prof. Dr. Ir. Herman Johannes dan tampilan belakang bertuliskan nominal “100”. Memiliki tebal 2mm dan berat 1,79g.
Rp200 emisi 2003 dengan gambar depan Garuda Pancasila dan tampilan belakang bertuliskan nominal “200” serta burung Jalak Bali. Memiliki diameter: 25mm, tebal: 2,3mm, dan berat: 2,38g.
Rp200 emisi 2016 dengan gambar depan Dr. Tjipto Mangunkusumo dan tampilan belakang bertuliskan nominal “200”.
Rp500 emisi 1991 dengan gambar depan Garuda Pancasila dan tampilan belakang bertuliskan nominal “500” serta bunga Melati. Memiliki diameter: 24mm, tebal: 1,8mm, dan berat: 5,29g.
Rp500 emisi 1997 memiliki diameter: 24mm, tebal: 1,83mm, dan berat: 5,34g.
Rp500 emisi 2003 memiliki diameter: 27mm, tebal: 2,5mm, dan berat: 3,1g.
Rp500 emisi 2016 dengan gambar depan Letjen TNI T.B. Simatupang dan tampilan belakang bertuliskan nominal “500”. Memiliki diameter: 27,2mm, tebal: 2,35mm, dan berat: 3,1g.