sumedangekspres – Legenda Gunung Merapi dan Penunggu Mbah Petruk Di Boyolali, Dalam suatu sudut indah di Jawa Tengah, di kaki Gunung Merapi yang megah, tersembunyi sebuah legenda yang menyentuh hati: Legenda Mbah Petruk, sang Penunggu Merapi.
Cerita ini bukanlah sekadar mitos, melainkan warisan budaya yang hidup di hati masyarakat sekitar.
Kisah ini mencoba meneropong jendela sejarah, ketika alam dan manusia berkolaborasi dalam harmoni yang mempesona.
Baca Juga:Mengenal Sejarah Gunung Semeru Sangat AestheticSiapa Ning Umi Laila? Ternyata Anak Kyai, Ini Profil Lengkapnya
Setiap kali Merapi melontarkan amarahnya, masyarakat setempat menghubungkannya dengan sosok Mbah Petruk.
Mereka meyakini bahwa apabila di langit terlihat awan dengan siluet tokoh Punakawan berhidung mancung, ledakan Merapi akan mengikuti.
Pada tanggal 12 Maret 2023, ketika aktivitas Gunung Merapi kembali meningkat, media sosial dihebohkan oleh gambar awan yang membentuk siluet Petruk di atas puncak gunung.
Seolah alam ingin berbicara, warganet dengan cepat menghubungkan penampakan ini dengan situasi Merapi yang semakin genting.
Namun, pertanyaan mendasar muncul, mengapa awan yang membentuk siluet Petruk dianggap sebagai pertanda letusan Merapi?
Siapa Mbah Petruk, dan mengapa ia begitu berperan penting dalam kehidupan masyarakat sekitar Merapi?
Mbah Petruk, yang juga dikenal sebagai Kyai Petruk, adalah seorang dhanyang (mbaureksa), entitas yang dihormati dan disembah oleh warga Selo, Boyolali, dan wilayah sekitarnya.
Ia dianggap sebagai pelindung dan penyokong bagi mereka.
Baca Juga:Cara Pendaftaran Ponpes Rahmatullah Ning Umi LailaDaftar Aktor Film Serial Monarch: Legacy of Monsters
Menurut cerita rakyat yang ditulis oleh Heppy Ayu Nurmala Sari, Kyai Petruk bermukim di daerah yang kini dikenal sebagai Tegal Sruni, di Kecamatan Selo.
Kyai Petruk adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Saat masih kecil, ia dikenal sebagai Suladi.
Namun, ia kemudian diberi nama Mbah Petruk karena postur tubuhnya yang tinggi dan langsing, seperti tokoh Petruk dalam dunia pewayangan.
Suladi, yang kemudian dikenal sebagai Kyai Petruk, juga memiliki nama Handakakusuma dalam silsilahnya.
Sejak kecil, ia menunjukkan sifat aneh yang membedakannya dari saudara-saudaranya. Ia tak pernah mandi selama hidupnya dan kata-katanya selalu tepat.
Kehidupan Kyai Petruk penuh dengan petualangan misterius. Setiap hari, ia menjelajahi sekitar Sungai Gandul, yang bermula di Desa Sidapeksa dan mengalir hingga wilayah Cepogo saat ini.