sumedangekspres – Situasi politik di Indonesia kembali menjadi sorotan, kali ini melalui lensa pernyataan Jubir (Juru Bicara) Anies Baswedan, Andi Sinulingga.
Menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut kondisi politik belakangan ini mirip sinetron, Andi Sinulingga justru menilai bahwa Jokowi sendiri yang menjadi sutradara dari drama politik tersebut.
Dalam keterangan yang disampaikannya di Kantor Populi Center, Mampang Prapatan, Jakarta, Andi Sinulingga tidak menutup kemungkinan bahwa orang di balik dramatisasi politik di suatu negara biasanya adalah presiden sebagai kepala negara.
Baca Juga:Baju Warna Wardah Cocok dengan Jilbab Warna Apa Si?Baju Merah Cocoknya Celana Warna Apa Ya? Yuk Intip 8 Inspirasinya!
Menurutnya, kekuasaan yang dimiliki seorang presiden memungkinkannya menjadi sutradara, karena sulit dipercaya bahwa seseorang yang tidak memiliki kekuatan politik dapat mengarahkan jalannya dramatisasi.
“Yang paling berkuasa lah yang layak, yang memungkinkan menjadi sutradara. Enggak mungkin orang yang powerless menjadi sutradara,” tegas Andi Sinulingga.
Menurutnya, Jokowi memiliki peran besar dalam menciptakan atmosfer politik yang terasa seperti drama.
Jika tidak demikian, menurut Andi, seharusnya Jokowi tidak perlu menyentuh tema drama politik dalam pidatonya.
“Jadi kita itu mau ke mana sih? Mau maju? Ya narasi kita maju saja. Enggak usah ngomong-ngomong (drama politik) begini,” tambahnya.
Pandangan berbeda ini muncul setelah Jokowi menyebut banyak pihak yang terlalu melibatkan perasaan dalam dunia politik Tanah Air.
Saat menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Ke-59 Partai Golkar pada Senin, 6 November 2023, Jokowi mengungkapkan keprihatinannya terhadap dramatisasi yang terlalu berlebihan dalam dunia politik.
Baca Juga:Gamis Warna Sage Cocok dengan Jilbab Warna Apa ?The Originote Moisturizer Aman untuk Bumil ? Kuy Cek!
“Saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah, terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya, sinetron yang kita lihat,” ucap Jokowi.
Namun, pandangan Jubir Anies menunjukkan bahwa perbedaan interpretasi terhadap dramatisasi politik menjadi jelas.
Baginya, Jokowi sendiri adalah aktor utama yang menciptakan nuansa dramatik tersebut.
Dalam konteks ini, kita dapat merenung tentang dinamika politik di Indonesia. Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan pandangan yang berbeda mengenai tanggung jawab atas dramatisasi politik yang tengah berlangsung.
Apakah dramatisasi ini murni berasal dari dinamika politik atau sengaja diatur oleh pemimpin tertinggi?