Bikin Pilu! Anak-anak Palestina Diberi Obat Penenang untuk Kurangi Rasa Sakit saat Meninggal

Bikin Pilu! Anak-anak Palestina Diberi Obat Penenang untuk Kurangi Rasa Sakit saat Meninggal
Bikin Pilu! Anak-anak Palestina Diberi Obat Penenang untuk Kurangi Rasa Sakit saat Meninggal (ist/RRI)
0 Komentar

sumedangekspres – Bikin Pilu! Anak-anak Palestina Diberi Obat Penenang untuk Kurangi Rasa Sakit saat Meninggal

Dalam video yang diunggah di akun TikTok SBS News AU, Sean Casey, seorang koordinator tim medis darurat dari WHO, menyampaikan kisah tragis mengenai kondisi sulit yang dialami oleh anak-anak yang menjadi korban genosida Israel.

Anak-anak Palestina yang berjuang untuk hidup di Rumah Sakit Al-Aqsa akhirnya harus mendapat obat penenang karena tidak memungkinkan lagi untuk memberikan perawatan medis yang adekuat kepada mereka.

Baca Juga:Selebgram Siskaeee dan 10 Artis Lainnya Jadi Tersangka Film Dewasa Kramat TunggakIni Dia Daftar 40 Kota yang Akan Dijadikan Seperti Jakarta oleh AMIN Jika Menang Pilpres 2024!

Pemberian obat penenang ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan anak-anak yang menjadi korban serangan Israel, mengingat kondisi mereka yang semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia.

“Seorang anak berusia 9 tahun bernama Ahmed diberi obat penenang untuk meringankan penderitaannya saat ia meninggal,” ujar Sean dalam video tersebut.

Serangan besar-besaran dan serangkaian pengeboman yang dilakukan oleh Israel selama periode 80 hari telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur kesehatan di wilayah Gaza.

“Para dokter dan perawat di sini (Rumah Sakit Al-Aqsa Gaza) selalu berusaha melakukan yang terbaik, namun usaha terbaik mereka tidak akan pernah cukup sampai adanya gencatan senjata,” lanjut Sean Casey.

Para tenaga medis di rumah sakit menghadapi kesulitan dalam mengatasi volume korban yang terus berdatangan tanpa henti, setiap hari, selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

“Kita tidak seharusnya melihat anak-anak seperti Ahmed menderita dan sekarat karena pengeboman dan serangan, dan rumah sakit yang tidak lagi memiliki kapasitas yang cukup untuk merawat mereka,” tambah Sean.

WHO menyatakan bahwa rumah sakit di Gaza sudah melewati kapasitasnya, dan mereka memperingatkan bahwa banyak dari korban luka akibat serangan tersebut mungkin akan meninggal saat menunggu perawatan medis.

Baca Juga:Masih Misteri! Mahasiswa IPB yang Hilang di Pulau Sempu saat Penelitian Kini Ditemukan Tewas!Begini Tanggapan Ganjar Soal Elektabilitasnya yang Merosot di Sejumlah Survei: Saya Akan Temui Rakyat

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap kuat dalam tekadnya untuk melanjutkan pertempuran melawan militan Hamas. Israel tampaknya akan terus melanjutkan operasinya tanpa mengindahkan kesedihan warga Palestina atas lebih dari 100 kematian setiap harinya akibat serangan udara Israel.

Meskipun mendapat tekanan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, untuk mengurangi intensitas operasi di Gaza dan menghindari kematian warga sipil, Netanyahu tetap mengabaikan tuntutan tersebut.

0 Komentar