sumedangekspres – Mie instan, sebuah makanan yang telah merajai meja makan di seluruh dunia.
Namun, seberapa baik kita mengenal asal-usulnya dan risiko kesehatan yang mungkin terkandung di dalamnya? Mari kita gali lebih dalam.
Asal Usul Mie
Sejarah mie dimulai sekitar abad ke-6 di China, dengan pembuatan mie rebus yang dikenal sebagai Shui Yin Bing.
Baca Juga:Berapa Kali dalam Seminggu Makan Mie Instan?Bahaya Makan Mie Instan Setiap Hari, Ngeri Bisa Gini
Masyarakat China menggunakan tepung terigu yang direndam dalam air dan dimasak dengan air panas.
Kemudian, evolusi berlanjut dengan munculnya sajian seperti Liangfen, mie yang disajikan dalam keadaan dingin. Ini menandai awal dari varian-varian mie yang beragam di seluruh dunia.
Munculnya Mie Instan
Pada tahun 1957, di tengah krisis bahan pangan pasca Perang Dunia II, seorang warga Jepang bernama Ando Momofoku menciptakan konsep mie instan.
Dengan tekad kuat, ia berhasil menemukan metode pengeringan mie dengan minyak panas bekas menggoreng tempura, yang menghasilkan rongga-rongga kecil pada mie sehingga lebih awet dan cepat matang.
Pada tahun 1958, Chikin Ramen, mie instan pertama, diluncurkan dan segera memperoleh popularitas yang besar.
Kandungan Mie Instan dan Risiko Kesehatan
Meskipun mie instan telah menjadi makanan yang nyaris tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, kita perlu menyadari kandungannya yang mungkin berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
Sebungkus mie instan mengandung tepung terigu, gula, natrium, minyak sawit, TBHQ, dan BHA.
Baca Juga:Bukan Cuma Spaghetti, Inilah 16 Jenis Pasta yang PopulerAwas Bisa Kanker, Inilah 8 Bahaya Makan Mie Instan Mentah
Penggunaan pengawet makanan seperti TBHQ dan BHA, jika berlebihan, dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Selain itu, bahan utamanya, tepung terigu olahan, memiliki kadar kalori yang tinggi tanpa nutrisi yang cukup.
Penggunaan gula dan natrium berlebihan juga dapat mengganggu tekanan darah, jantung, dan fungsi ginjal.
Rekomendasi Konsumsi
Meskipun demikian, itu tidak berarti kita harus menghindari mie instan sepenuhnya.
Yang perlu dilakukan adalah mengonsumsinya dengan porsi yang wajar, serta mengimbanginya dengan pola makan yang sehat dan gaya hidup aktif.
Alternatif sehat seperti shirataki, mie berbahan dasar serat akar tanaman konjak, dapat menjadi pilihan yang baik untuk mengurangi konsumsi mie instan.