sumedangekspres, JATINANGOR – Sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menggagas solusi inovatif untuk mengatasi krisis pakan hijauan kambing perah. Gagasan ini diambil dari permasalahan yang dihadapi kelompok ternak Simpay Tampomas di Sumedang.
Mahasiswa tersebut, terdiri dari Ragil Muhammad Ridho, Nadira Nurul Izza, dan Sekarupa Rengganis Nusantara, tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa-Penerapan Iptek (PKM-PI) Unpad yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Ditjen Dikti Kemendikbudristek. Dengan bimbingan Dosen Fapet Unpad Ir. Raden Febrianto Christi, M.S., IPM., tim mengembangkan teknologi Hydertetoyer, atau teknologi yang diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan bagi kelompok ternak dan masyarakat sekitar.
Dalam rilis yang diterima Kanal Media Unpad, Hydertetoyer (Hydroponic Fodder with Temperature Sensor and Automatic Sprayer) merupakan pengembangan sistem tanam hidroponik fodder. Teknologi ini dapat bekerja secara otomatis mengontrol keadaan lingkungan dalam hal suhu, kelembapan, dan cahaya.
Baca Juga:Mata Air Cigempol Tak Surut Walaupun Kemarau PanjangLaporkan Jika Ada Pungli di Objek Wisata
Kontrol lingkungan tersebut bertujuan mencegah tumbuhnya jamur berkembang yang biasanya hinggap saat melakukan penyemaian biji sereal. Dalam hal ini, tim juga mengembangkan penggunaan tanaman jagung lokal sebagai pakan utama, menggantikan penggunaan barley yang bisa digunakan secara global.
“Adopsi penggunaan tanaman jagung memberikan solusi berkelanjutan bagi kelompok ternak. Hydertetoyer mampu memaksimalkan hasil produksi pakan hijauan dalam waktu singkat dan dengan biaya yang efisien,” kata Ragil.
Dengan diterapkannya teknologi Hydertetoyer, Kelompok Ternak Simpay Tampomas dan masyarakat sekitar diharapkan dapat merasakan manfaat signifikan, seperti peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kambing perah, penghematan biaya pakan, serta pemulihan ekosistem lahan galian C yang terdegradasi. Selain itu, teknologi ini juga dapat menjadi contoh inspiratif bagi pengembangan inovasi pertanian berkelanjutan di berbagai daerah.
“Dengan teknologi Hydertetoyer, kami yakin bahwa masa depan pertanian Indonesia dapat menjadi lebih cerah dan berkelanjutan,” tutup Ragil. (red)