sumedangekspres – Sejarah Singkat Museum Mandala Wangsit Siliwangi di Bandung Daerah Militer TNI-AD diJawa Barat dan Banten
Museum Wangsit Mandala Siliwangi merupakan sebuah museum militer yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Nama “Siliwangi” diambil dari komando daerah militer TNI-AD di Jawa Barat dan Banten, yang merujuk pada raja dari Kerajaan Sunda yang legendaris karena kearifan dan keberanian dalam pemerintahan.
Arti dari “Mandala Wangsit” sendiri mengacu pada tempat penyimpanan amanat, petuah, atau nasihat dari para pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda dan artefak yang mereka tinggalkan. Museum ini diresmikan oleh panglima divisi Siliwangi Kolonel Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966.
Baca Juga:Sejarah Singkat Museum Pos Indonesia, Jalan Cilaki No. 72 Bandung 401154 Rekomendasi Makanan Oleh-oleh Khas Sumedang yang Memiliki Cita Rasa Berbeda
Bangunan museum ini, terletak di Jalan Lembong, Kecamatan Sumur, Bandung, memiliki sejarah yang kaya. Awalnya dibangun pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1910-1915 sebagai tempat tinggal para perwira Belanda. Setelah itu, digunakan sebagai markas untuk bersembunyi dari pihak Jepang selama pendudukan mereka.
Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan menjadi markas Divisi Siliwangi. Pada tahun 1966, bangunan ini beralih fungsi menjadi museum.
Koleksi museum mencakup berbagai peralatan perang yang digunakan oleh pasukan Kodam Siliwangi, mulai dari senjata tradisional Sunda seperti tombak, panah, keris, dan kujang, hingga senjata modern seperti panser rel buatan Indonesia, meriam, dan kendaraan lapis baja.
Museum ini juga menampilkan koleksi peralatan perang dari zaman perang kemerdekaan Indonesia, termasuk alat dan kendaraan yang digunakan pada masa pendudukan Jepang.
Selain itu, terdapat galeri lukisan yang menggambarkan kerja paksa pada zaman pendudukan Jepang, serta koleksi fotografi tentang peristiwa Bandung Lautan Api pada tahun 1946 dan peristiwa peracunan pada tahun 1949. Museum ini juga menampilkan koleksi bedok yang digunakan oleh Ki Hadjar Dewantara, Menteri Pendidikan pertama di Indonesia.