Jenis Pakaian Khas Kanekes Suku Badui Pria dan Wanita

Suku Badui
Pakaian yang digunakan Masyarakat Suku Badui Kanekes
0 Komentar

sumedangekspres – Jenis Pakaian Khas Kanekes Suku Badui Pria dan Wanita

Busana tradisional Badui dipakai oleh suku Badui di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka adalah salah satu suku di Indonesia yang masih menjaga dan memelihara tradisi serta kearifan lokal mereka. Kepala suku memiliki posisi yang dihormati sebagai pemimpin, yang membantu mempertahankan keberlangsungan suku Badui hingga sekarang.

Adat dan tradisi mereka selaras dengan alam, termasuk perilaku sehari-hari, cara bekerja, mencari nafkah, hingga upacara kelahiran, kematian, dan pernikahan, bahkan penebangan pohon diatur sesuai adat. Begitu juga dengan pakaian mereka, yang menjadi ciri khas dengan warna dan desainnya. Kesederhanaan terlihat dari warna pakaian mereka yang hanya hitam dan putih, mencerminkan alam. 

Mereka membuat bahan baju sendiri dari kapas yang ditanam bersama. Kapas diproses menjadi benang, kemudian wanita Badui menenunnya menjadi kain dan menjahitnya dengan tangan. Bagi suku Badui dalam, menjahit dengan mesin tidak diperbolehkan, tetapi suku Badui luar diperbolehkan menggunakan mesin jahit.

Baca Juga:Pemprov Jabar dan GIPI : Sepaham Bangun Industri Pariwisata Jabar dan Ambil Hikmah Kejadian SubangMuseum Sri Baduga Maharaja diambil Dari Gelar Salah Satu Raja Padjajaran

Pakaian laki-laki suku Badui dalam sangatlah sederhana. Mereka tidak memiliki kantong, kancing, atau kerah pada pakaian mereka, dan yang lebih penting lagi, semua pakaian dijahit dengan tangan. Ini merupakan sebuah keterampilan luar biasa yang diwariskan secara turun-temurun oleh para perempuan suku Badui dalam, yang mulai diajarkan kepada anak-anak perempuan mereka sejak kecil.

Pakaian mereka, yang dikenal sebagai jamang sasang, berwarna putih, melambangkan kesucian dan ketidakterpengaruhannya oleh budaya luar. Laki-laki suku Badui tidak mengenakan celana seperti kebanyakan laki-laki, mereka hanya mengenakan sarung hitam yang disebut samping aros, yang diikat di pinggang hingga di atas atau hingga batas lutut. 

Di kepala, mereka mengenakan selembar kain putih yang dikenal sebagai telekung, yang tidak dijahit di bagian belakang sehingga ujung kain terlihat. Di pinggang, mereka menggunakan kain putih sebagai pengikat sarung, sementara di pergelangan tangan, mereka mengenakan gelang kanteh, yang terbuat dari benang kapas yang dipilin dan dianyam.(*)

0 Komentar