“Pisang bisa tumbuh di berbagai ketinggian. Nah, ini kan ketinggiannya kurang dari 100 mdpl. Saya pernah menanam pisang di ketinggian 850 mdpl, dan itu sama-sama bagus. Tinggal tantangan kita bagaimana menstabilkan pH tanah. Agar tanaman itu tidak hanya bagus tahun pertama, dan tahun kedua juga harus bagus. Kan tadi penggunaan kompos dan juga pupuk yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan,” terangnya.
“Jadi istilahnya kalau mau mengobati sesuatu maka harus dianalisis dulu. Jangan kaya dokter gadungan. Segalanya dikasihkan obat, akhirnya bukannya sembuh malah sakit,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua LPPM ITB Agus Karya Suhada menegaskan, lahan di Desa Cibuluh sangat cocok untuk pertanian pisang cavendis. Selain itu, petaninya pun sangat antusias karena dinilai sangat menguntungkan.
Baca Juga:Pancasila Sebagai Salah Satu Pilar Kedaulatan Kebangsaan IndonesiaBuka Rakernis Ditjen SPPR, Menteri AHY: Capai Target Pendaftaran Sisa 7 Juta Bidang Tanah Pada Tahun 2024
“Kami melihat disini pohon pisang itu kecil-kecil. Pada dasarnya mungkin petani itu tidak tahu harus bagaimana pola menanam dan terutama mengolah tanahnya,” jelasnya.
Dia menerangkan, unsur-unsur tanah itu kan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.
Dia menerangkan, pemahaman terkait pola bertani misalnya yang selama ini kalau pemerintah menggalakan ada program seribu desa untuk tanaman organik sampai saat ini mungkin tidak terwujud. Kenapa tidak terwujud, karena cara mengolah medianya itu ternyata tidak ada.
“Satunya-satunya cara menanam organik itu ada di sampah. Sementara, sampah tersebut belum dikelola secara benar. Adapun kecil-kecilan hanya cukup untuk pot-pot aja atau hanya pembibitan,” jelasnya.
Disebutkan, untuk merehabilitasi lahan yang sudah rusak unsur haranya harus dengan covering. Dilapis secara bertahap mungkin awal 30 cm hingga 90 cm. Kalau sudah 90 cm itu pasti sangat bagus.
“Nanti lihat tanaman itu akarnya bagus ga. Kalau akar bagus, tanaman bisa dua hingga tiga kali diproduksinya. Jadi untuk tanaman olah dulu tanahnya supaya benar,” terangnya. (bim)