“Teman-teman sampaikan gimana Pak Andika. Pak Andika itu kan mantan Panglima TNI, tingkatannya nasional, apakah beliau juga mau menjadi wakil? Apakah layak menjadi wakil juga? Contoh yang sudah disampaikan Pak Sekjen PDIP (Hasto Kristiyanto), Ibu Tri Rismaharini, apakah cocok menjadi wakil? Dengan tingkat yang sudah nasional seperti itu, sama seperti Pak Anies juga pernah menteri, apakah sama levelnya menjadi wakil? Apakah itu wajar? Ini harus dihitung dengan betul,” imbuhnya.
“Kalau tadi misalnya antara Pak Anies dengan Charles Honoris, itu mungkin masih wajar. Dengan Pak Pramono Anung yang sudah disampaikan Pak Sekjen, apakah wajar Pak Pramono Anung menjadi wakil? Jadi benar-benar ini masih untuk dihitung untuk Jakarta. Karena calon calonnya mumpuni, Ibu Tri Risma, Mas Andika,” lanjutnya lagi.
Menurut analisi pakar, Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC), Ahmad Khoirul Umam, menyebutkan bahwa Anies dan PDIP berpeluang bekerja sama di Pilkada Jakarta 2024.
Baca Juga:Hasil Visum Luka yang Dialami Oleh Briptu FN, Tersangka Pelaku Bakar Suami Di MojorkertoBey Machmudin Apresiasi Film Dilan 1983: Wo Ai Ni
“Interaksi simbolik antara Anies dan PDIP ini merupakan bagian dari upaya penjajagan dengan saling mengirim sinyal terkait potensi kerja sama di Pilkada DKI Jakarta,” tutur Umam, Senin (10/6).
“Meskipun Anies dan PDIP berada pada gerbong yang berbeda secara politik maupun ideologis di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2024, namun di Pilkada DKI 2024 ini bisa jadi kedua entitas ini dipertemukan oleh kepentingan yang sama,” imbuh dia.
Umam mengungkapkan dengan jelas mengenai ‘kepentingan’ dari PDIP dan Anies Baswedan. Ia mengatakan, PDIP kehilangan dominasi di Jakarta sehingga, hal ini membuat PDIP membutuhkan kekuatan lain untuk menghadapi jagoan yang akan diusung lawan politik terkuatnya saat ini.
“Di sisi lain, PDIP kehilangan golden ticket dan dominasi di politik lokal Jakarta, sehingga butuh kekuatan tambahan untuk berhadap dengan pemenang Pemilu 2024 yang akan pegang kekuasaan dan tidak akan melepaskan kepemimpinan Jakarta berada di luar kontrol dan kendali mereka sebagai penguasa,” Ujar Umam.
Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina ini menyebut bahwa Anies perlu terus menjaga panggungnya di pentas politik nasional setelah kalah dalam Pilpres 2024. Karenanya, dia menilai wajar jika Anies pada akhirnya turut melirik PDIP sebagai calon kendaraan politiknya di Jakarta.