sumedangekspres – Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja di Jabar: Sekda Herman Dorong Kematangan Konsep Teaching Factory.
Upaya mengurangi tingkat pengangguran di Jawa Barat semakin diperkuat dengan dorongan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat (Sekda Jabar), Herman Suryatman, terhadap kematangan konsep teaching factory untuk lulusan SMK. Konsep ini diharapkan dapat sejalan dengan kebutuhan industri yang berkembang pesat di wilayah tersebut.
Pada rapat Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja di Gedung Sate Bandung, Rabu 12 Juni 2024, Herman menekankan pentingnya menghubungkan pendidikan vokasional di SMK dengan kebutuhan lapangan kerja. Menurutnya, data dari BPS menunjukkan penurunan angka pengangguran di Jabar per Februari 2024, meskipun lulusan SMK masih memiliki tingkat pengangguran terbuka tertinggi, mencapai 12,33 persen.
Baca Juga:Polda Jabar Perpanjang Masa Penahanan PS dalam Kasus Pembunuhan Vina: Penyidikan Masih BerlanjutMendukung Pengembangan Industri Kulit Garut: Langkah Disperindag Jabar
“Kita perlu mematangkan konsep teaching factory ini agar bisa cocok dengan kebutuhan industri yang ada di Jawa Barat. Hal ini penting mengingat adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti KEK Rebana di utara dan KEK Lido di selatan yang sedang berkembang,” ujar Herman dalam rapat yang berlangsung dengan konsep coffe morning.
Herman juga menyoroti perlunya kolaborasi antara Dinas Pendidikan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan DPMPTSP untuk memperkuat konsep teaching factory ini. “Dengan kurikulum Merdeka Belajar, kita bisa menghadirkan terobosan dan kebijakan yang mendukung sinergi antara pembelajaran di sekolah vokasi dengan dunia industri,” paparnya.
Kepala DPMPTSP Jawa Barat, Nining Yuliastiani, menambahkan bahwa Jawa Barat saat ini menjadi destinasi investasi baik untuk industri padat karya maupun high-tech. “Investor tertarik untuk memanfaatkan tenaga kerja dari lulusan SMA dan SMK di Jabar, asalkan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan,” jelas Nining.
Peran penting teaching factory dalam menciptakan link and match antara lulusan SMK dengan dunia industri semakin ditekankan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, tetapi juga mendukung pengembangan ekonomi regional dengan memanfaatkan SDM yang berkualitas dan terampil sesuai dengan kebutuhan industri masa kini.
Rapat ini juga menjadi momentum untuk mengevaluasi kebijakan yang telah ada serta menemukan solusi terbaik dalam mengoptimalkan peran SMK dalam menyediakan tenaga kerja terampil. “Kami berharap ada kebijakan-kebijakan yang lebih mendorong sinergi antara dunia pendidikan dan industri, sehingga tidak hanya mengurangi pengangguran tetapi juga meningkatkan daya saing Jabar di tingkat nasional maupun global,” tegas Herman.