Empat Tahun Tanpa Bantuan: Warga Cileunyiwetan Sukses Kelola Sampah Mandiri

Empat Tahun Tanpa Bantuan: Warga Cileunyiwetan Sukses Kelola Sampah Mandiri
Empat Tahun Tanpa Bantuan: Warga Cileunyiwetan Sukses Kelola Sampah Mandiri (ist)
0 Komentar

sumedangekspres – Empat Tahun Tanpa Bantuan: Warga Cileunyiwetan Sukses Kelola Sampah Mandiri.

Pengelolaan sampah secara mandiri oleh warga RW07 Desa Cileunyiwetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung telah berlangsung aktif sejak tahun 2020. Mereka tergabung dalam Kelompok Bank Sampah Mandiri (BSM) Tematik Maggot dan tetap semangat menjaga lingkungan meski masih dilakukan secara manual.

Selama empat tahun ini, dari 23 RW di wilayah Cileunyiwetan, hanya RW07 yang aktif dan konsisten dalam mengelola sampah secara mandiri. Meski belum pernah mendapatkan bantuan alat dan prasarana dari pemerintah, mereka tetap bergerak maju.

Baca Juga:Warga Keluhkan Asap Pembakaran Sampah dari TPS Sukamukti, Bupati Bandung: Tutup Saja Kalau MenggangguPelantikan 568 Pantarlih di Kota Banjar untuk Pilkada Serentak 2024

Kepala Desa Cileunyiwetan, Hari Haryono, menyatakan bahwa pihaknya telah berupaya memberikan dorongan bantuan guna mengembangkan pengelolaan sampah mandiri di RW07. “Tentu ada, disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam perjalanannya, BSM Tematik Maggot mendapatkan penghargaan dari Bupati Bandung dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung,” katanya kepada Jabar Ekspres pada Senin, 24 Juni 2024.

Pantauan Jabar Ekspres di lokasi pengelolaan sampah mandiri oleh BSM Tematik Maggot menunjukkan bahwa limbah organik diolah menggunakan metode bio konversi maggot. Sampah rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sisa makanan dijadikan pakan maggot. Maggot yang dihasilkan sebagian dijual, sementara sisanya digunakan sebagai pakan ternak dan ikan.

Ternak yang dipelihara oleh pengelola meliputi ayam, bebek, angsa, kalkun, dan lain-lain. Hampir seluruh ternak tersebut diberi pakan maggot, sehingga BSM Tematik Desa Cileunyiwetan dapat menghemat biaya pakan ternak yang biasanya mencapai jutaan rupiah. Selain ternak ayam dan entok, ikan nila dan lele juga diberi pakan utama berupa maggot.

Hari menerangkan bahwa salah satu upaya untuk mendukung pengembangan pengelolaan sampah mandiri adalah dengan mengajukan bantuan mesin pencacah. “Bahkan lintas sektor pengajuan ikan nila ke Dinas Perikanan untuk mengatasi limbah organik, serta pembangunan tempat atau rumah maggot dari Aspirasi, dan ternak hewan dari ketahanan pangan desa,” terangnya.

Hari juga mengaku bahwa edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sudah sering dilakukan untuk memperluas pengelolaan sampah mandiri agar tidak hanya terbatas di RW07 tetapi di seluruh RW. “Di Desa Cileunyiwetan terdapat beberapa model pengelolaan sampah, bukan hanya di RW07 saja. Salah satunya ada yang bekerja sama dengan DLH dalam hal pengangkutan sampah,” bebernya.

0 Komentar