sumedangekspres – Kenapa Musik Lokal Tasikmalaya Tidak Laku? Simak Curhatan Musisinya! Geliat musik di Kota Santri, Tasikmalaya, semakin hidup. Warung kopi, kafe, restoran, hingga angkutan umum kerap memutar musik, memperkaya suasana kota dengan berbagai alunan nada.
Namun, di balik keramaian ini, ada dilema yang dirasakan oleh musisi lokal.
Di kota ini, musik nasional mendominasi setiap sudut. Lagu-lagu dari penyanyi kenamaan seperti Noah, Sheila on 7, hingga Raisa, lebih sering terdengar dibandingkan karya musisi lokal.
Baca Juga:Siapa Bakal Bupati Garut? PAN Kumpulkan Para Kandidat di Acara Eksklusif!Tak Disangka! Inilah Sosok Dede Muksit Aly, Harapan Baru Pilkada Tasikmalaya 2024
Padahal, musisi lokal Tasikmalaya tidak kalah berbakat dan memiliki karya-karya yang layak diapresiasi.
Artikel ini telah tayang di radartasik.id dengan judul Musik Lokal Kurang Diminati, Musisi Tasikmalaya Dilematis dalam Berkarya.
Kenapa Musik Lokal Tasikmalaya Tidak Laku?
Salah satu contoh adalah Alfin Nurul Azmi (26), personil dari band Kataswara.
Mereka adalah bagian dari Yayasan Seni Ngaos Art Tasikmalaya yang aktif berkarya dan tampil di berbagai acara.
Namun, Alfin mengakui bahwa lebih sering membawakan lagu-lagu dari artis terkenal dibandingkan lagu mereka sendiri.
Menurut Alfin, kurangnya minat masyarakat terhadap karya musisi lokal menjadi salah satu alasan utama. “Kalau dari sudut pandang musisi, bagus dan jelek itu relatif.
Musik adalah selera. Bagaimana caranya kita agar istiqamah.
Namun tidak menapikan, keidealisan seniman tergoyahkan oleh ekonomi.
Membawa lagu sorangan moal payu, tetapi cover gak salah juga.
Baca Juga:Duka Mendalam dari Tanah Suci, Wafatnya Jamaah Haji Kota CirebonGeger! Konten Video Porno Anak Terbongkar di Kota Cirebon, Begini Aksinya
Tapi bagi saya seniman, musisi, apapun itu dikenal dengan karyanya,” jelas Alfin usai pentas pada Hari Musik Sedunia di Studio Ngaos Art pada 21 Juni 2024.
Dilema dan Harapan Musisi Lokal
Tasikmalaya sebenarnya tidak kekurangan talenta. Banyak band dan musisi lokal yang berusaha untuk eksis dan berekspresi melalui panggung-panggung yang tersedia.
Namun, kenyataannya, minat masyarakat terhadap musik lokal masih rendah jika dibandingkan dengan lagu-lagu dari penyanyi nasional dan internasional.
Alfin mencatat, “Dari tahun 2002 sampai sekarang sebetulnya ada (band lokal). Cuman memang pengakuan dari luarnya sendiri juga kurang.
Entah itu musisinya entah itu ruangnya, yang sepertinya kurang aktif di medsosnya juga mungkin.”