Aksi Ribuan Driver Ojol di Gedung Sate Bandung: Menolak Tarif Rendah dan Tuntutan Kesejahteraan

Aksi Ribuan Driver Ojol di Gedung Sate Bandung: Menolak Tarif Rendah dan Tuntutan Kesejahteraan
Aksi Ribuan Driver Ojol di Gedung Sate Bandung: Menolak Tarif Rendah dan Tuntutan Kesejahteraan (ist)
0 Komentar

sumedangekspres – Aksi Ribuan Driver Ojol di Gedung Sate Bandung: Menolak Tarif Rendah dan Tuntutan Kesejahteraan.

Pada Selasa, 25 Juni 2024, ribuan driver angkutan online (ojol) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung. Mereka menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap tarif rendah yang diberlakukan oleh perusahaan aplikasi angkutan online.

Aksi ini diprakarsai oleh Gerakan Bersatu General (Gebrag), di mana para demonstran menutup Jalan Diponegoro dengan membentangkan poster dan memarkir kendaraan di tengah jalan. Dua mobil komando juga ditempatkan di depan gerbang Gedung Sate untuk memperkuat aksi protes mereka.

Baca Juga:Pembukaan Galeri Arsip Covid-19 Jabar: Tanggapan dan PerkembangannyaGaji dan Peran Penting Pantarlih Pilkada 2024: Informasi Lengkap

Setelah memberikan orasi, beberapa perwakilan dari massa ojol memasuki Gedung Sate untuk bernegosiasi dengan perwakilan Dinas Perhubungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun, negosiasi tersebut mengalami kebuntuan karena massa ojol menuntut agar bertemu dengan Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat.

Korlap aksi, Abah Dendi, menyatakan kekecewaannya karena Pj Gubernur tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka menegaskan bahwa mereka tidak akan mengakhiri aksi ini sebelum tuntutan mereka terkabul. Salah satu tuntutan utama mereka adalah revisi terhadap Peraturan Dirjen Perhubungan Darat terkait tarif batas atas dan bawah angkutan sewa.

Menurut peraturan yang ada, tarif batas bawah untuk roda empat adalah Rp 3.500 dan tarif batas atasnya adalah Rp 6.000, yang direvisi menjadi Rp 5.000 untuk batas bawah dan Rp 10.000 untuk batas atas. Sedangkan untuk roda dua, tarif batas bawah direvisi dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.600 dan tarif batas atas dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.900. Mereka juga menuntut tarif minimal per 4 kilometer yang diatur menjadi Rp 11.600 untuk roda dua dan Rp 24.000 untuk roda empat.

Abah Dendi menyoroti bahwa tarif yang ditetapkan saat ini tidak sesuai dengan biaya hidup yang semakin meningkat, seperti kenaikan harga suku cadang dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, driver juga merasa terbebani dengan adanya potongan dan diskon yang diberlakukan oleh perusahaan aplikasi angkutan online, yang secara signifikan mengurangi pendapatan bersih yang mereka terima.

Dalam aksi tersebut, massa ojol bersikeras untuk bertahan di depan Gedung Sate hingga permintaan mereka untuk bertemu Pj Gubernur terkabul. Mereka mengancam akan melanjutkan protes mereka bahkan hingga malam hari jika tuntutan mereka tidak dipenuhi oleh pemerintah dan perusahaan aplikator.

0 Komentar