sumedangekspres – Rupiah Menguat di Semester II 2024.
Memasuki semester kedua tahun 2024, nilai tukar rupiah menunjukkan tanda-tanda penguatan yang signifikan.
Pada awal Juli, rupiah diperdagangkan di angka Rp 16.321 per dolar Amerika Serikat (AS), dan pada Kamis, 11 Juli 2024, nilai tukar rupiah tercatat di Rp 16.195 per dolar AS.
Senior Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, menjelaskan bahwa pejabat Federal Reserve (the Fed) masih terpecah mengenai durasi mempertahankan suku bunga saat ini.
Baca Juga:Ancaman Spyware Serang Pengguna iPhone di 98 NegaraInsiden Penembakan yang Nyaris Merenggut Nyawa Donald Trump di Pennsylvania
Notulen terbaru dari Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan adanya perbedaan pandangan di antara pejabat the Fed. Beberapa pejabat menyarankan agar tetap sabar dan menunggu perkembangan lebih lanjut, sementara yang lain menekankan pentingnya pasar tenaga kerja yang lebih lemah untuk mengelola tingkat pengangguran.
Meskipun ada perdebatan tentang kebijakan suku bunga, menurunkan Federal Funds Rate (FFR) dianggap tidak tepat tanpa bukti kuat bahwa target inflasi 2% dapat tercapai.
Beberapa pejabat terbuka untuk menaikkan suku bunga jika inflasi terus berlanjut. Namun, secara keseluruhan, terdapat kehati-hatian dan ketidakpastian mengenai prospek ekonomi ke depan.
“Kekhawatiran mengenai pelemahan ekonomi dapat mempengaruhi potensi penurunan suku bunga FFR tahun ini,” ujar Reny dalam riset yang dirilis pada Kamis, 11 Juli 2024.
Penguatan nilai tukar rupiah ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu, kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral di negara-negara maju, serta dinamika perdagangan internasional turut berperan dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain itu, kebijakan ekonomi domestik juga memainkan peran penting dalam penguatan rupiah. Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengelola inflasi, defisit anggaran, dan neraca perdagangan.
Peningkatan cadangan devisa Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah. Cadangan devisa yang cukup memberikan kepercayaan kepada pasar bahwa Bank Indonesia memiliki kemampuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca Juga:Prestasi KKHI Makkah di Mata Kemenkes Arab SaudiPresiden Jokowi Kunjungi RSUD Alimuddin Umar, Tekankan Pentingnya Fasilitas Medis Modern
Di sisi lain, investasi asing yang masuk ke Indonesia juga berkontribusi positif terhadap penguatan rupiah. Investasi tersebut tidak hanya datang dalam bentuk portofolio, tetapi juga investasi langsung yang berfokus pada sektor-sektor produktif seperti infrastruktur, manufaktur, dan teknologi.