Salah satu kondisi yang mungkin muncul adalah sindrom metabolik, di mana seseorang mengalami beberapa kondisi berbahaya secara bersamaan, seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, lemak perut berlebih, dan kolesterol tinggi. Sindrom metabolik ini meningkatkan risiko serius terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Archives of Internal Medicine, wanita yang bercerai atau yang berada dalam pernikahan yang tidak bahagia, termasuk mereka yang menjanda, cenderung lebih mungkin mengalami sindrom metabolik dibandingkan dengan wanita yang menikah dan bahagia.
Dengan memahami potensi perubahan drastis ini dan risiko kesehatan yang terkait, penting bagi individu yang mengalami perceraian untuk memperhatikan pola makan dan gaya hidup mereka, serta mencari dukungan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dalam masa transisi ini.
Baca Juga:Inilah Alasan Kenapa Selingkuh Jadi Kondisi yang Susah untuk di SembuhkanKebutuhan Protein Harian untuk Kesehatan Tubuh
Depresi sering kali menghantui banyak orang setelah perceraian, terutama saat perasaan gagal mendominasi pikiran mereka. Situasi bisa semakin buruk jika terungkap bahwa pasangan telah berselingkuh, karena hal ini dapat menghancurkan kepercayaan diri seseorang dan memperdalam keputusasaan.
Dalam kondisi seperti ini, sangatlah penting bagi individu yang mengalami perceraian untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekat. Dukungan ini membantu mereka untuk bangkit kembali, memulai babak baru dalam hidup, dan memperbaiki kesehatan mental mereka.
Melalui dukungan emosional dan praktis dari keluarga, teman, atau terapis, mereka dapat menghadapi tantangan depresi dan kesedihan yang terkait dengan perceraian, serta membangun kembali kepercayaan diri mereka untuk memulai perjalanan baru.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan paruh baya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular setelah menjalani perceraian, dibandingkan dengan individu yang tetap menikah pada usia yang sama.
Lebih lanjut, penelitian ini mengungkap bahwa perempuan paruh baya yang bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular daripada pria paruh baya yang mengalami perceraian. Hal ini diyakini terjadi karena tekanan yang disebabkan oleh perceraian dapat menyebabkan tingkat peradangan yang lebih tinggi pada wanita.