Menurutnya, tantangan utama datang dari penjualan online yang menawarkan harga lebih murah. Para pedagang tidak lagi mampu bersaing mengingat ada fenomena di mana produsen atau pelaku tangan pertama mulai menjual langsung ke konsumen, dengan harga yang lebih rendah.
Perubahan ini mencerminkan pergeseran besar dalam perilaku belanja masyarakat dan menggambarkan tekanan yang dihadapi pedagang tradisional dalam menghadapi era digital dan pandemi yang telah mempengaruhi ekonomi mereka secara signifikan.
Di Pasar Cikurubuk, para pedagang berperan sebagai tangan kedua dalam rantai distribusi, yang berarti mereka harus menetapkan harga sedikit lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Namun, kondisi ini menyebabkan konsumen cenderung beralih ke pembelian barang secara online.
Baca Juga:Mengenaskan Baliho Kandidat Pilkada 2024 Baru di Pasang 1 jam yang Lalu Langsung di RusakAroma Sendja Festival 2024 di Gelar di Alun-alun Sumedang, Kuburan Band Ikut Memeriahkan Festival Tersebut
Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu pedagang, sekitar 50 persen toko telah tutup, dengan beberapa di antaranya menjual atau menyewakan kios mereka. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah pembeli yang signifikan, yang dipicu oleh preferensi masyarakat yang semakin beralih ke belanja online, serta kondisi ekonomi yang mungkin sedang mengalami perlambatan.
Fenomena ini mencerminkan dampak besar dari pergeseran perilaku belanja konsumen dan tantangan berat yang dihadapi pedagang tradisional dalam menjaga kelangsungan usaha mereka di tengah persaingan dengan pasar online yang menawarkan harga lebih kompetitif dan kemudahan belanja.(*)
Artikel ini telah tayang di radartasik.id, dengan judul: 30 Persen Kios Busana di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya Tutup, Ini Masalahnya