Atap Tiga Kelas di Raudhatul Athfal Indihiang Ambruk, Proses Belajar Mengajar Terhenti

Atap Tiga Kelas di Raudhatul Athfal Indihiang Ambruk, Proses Belajar Mengajar Terhenti
Atap Tiga Kelas di Raudhatul Athfal Indihiang Ambruk, Proses Belajar Mengajar Terhenti (ist)
0 Komentar

sumedangekspres – Atap Tiga Kelas di Raudhatul Athfal Indihiang Ambruk, Proses Belajar Mengajar Terhenti.

Pada pagi hari Selasa, 23 Juli 2024, para siswa di Raudhatul Athfal (RA) Muhammad Ramdhan yang terletak di Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, harus menghadapi situasi yang tidak diinginkan: kegiatan belajar mengajar dihentikan sementara. Sekitar pukul 5.50 WIB, atap dari tiga ruang kelas di sekolah tersebut tiba-tiba ambruk.

Ana Yuliana SPD Aud, Kepala RA Muhammad Ramdhan, mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan kabar dari warga setempat mengenai keruntuhan atap tersebut. Setelah melakukan pemeriksaan, ternyata atap ketiga ruang kelas benar-benar roboh, dan ruang kelas tersebut kini tidak dapat digunakan lagi.

Baca Juga:Sampah Menumpuk di Jalan Sindangkasih-Cikoneng, ODGJ Lagi yang DisalahkanTop Up Free Fire Diskon 90% Pakai Pulsa Telkomsel, Indosat dan Dana Paling Murah 2024

Menurut Ana, tidak ada indikasi yang jelas sebelumnya bahwa bangunan tersebut akan roboh. Beberapa hari terakhir, terdengar suara-suara yang mencurigakan seperti bunyi pasir dan kayu jatuh. Anak-anak sempat mengira bahwa suara tersebut disebabkan oleh gempa. “Memang tidak ada tanda-tanda yang jelas. Namun, sering terdengar bunyi yang tidak biasa dari atap, seperti suara mendecit,” ujarnya sambil memindahkan barang-barang dan peralatan sekolah yang terdampak.

RA Muhammad Ramdhan, yang terletak di RT/RW 01/05 Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, memang sudah lama tidak mendapatkan perawatan serius. Sekolah ini belum direnovasi sejak dibangun pada tahun 1975, yang berarti bangunan tersebut sudah berusia hampir 50 tahun. Meskipun pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan kepada Kemenag dan Pemerintah Kota, tanggapan yang diterima tidak memadai.

Untungnya, kejadian ambruknya atap ini terjadi saat tidak ada aktivitas belajar mengajar. Pada tahun 2022, sekolah tersebut menerima bantuan sebesar Rp 5 juta dari Pemerintah Kota, namun jumlah tersebut hanya cukup untuk pemeliharaan ringan dan tidak mencakup renovasi besar.

Tahun ini, pihak sekolah kembali mengajukan permohonan bantuan untuk perawatan. Mereka berharap bisa mendapatkan dukungan lebih besar pada awal tahun 2025 mendatang agar renovasi dapat dilakukan secara menyeluruh. “Kami sudah melaporkan kejadian ini kepada Kemenag dan kelurahan. Kami berharap ada solusi cepat untuk masalah ini,” ungkap Ana.

Dalam situasi darurat ini, pihak sekolah sedang mencari solusi alternatif agar proses belajar mengajar tetap bisa berlangsung. Dengan tiga ruang kelas yang kini tidak bisa digunakan, total 24 siswa harus menghadapi gangguan dalam proses belajar mereka.

0 Komentar