sumedangekspres – Meningkatnya Kekerasan Keluarga: Ancaman Serius bagi Pertumbuhan Anak di Indonesia.
Hari Anak Nasional seharusnya menjadi momen pengingat penting bagi semua pihak untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak-anak.
Namun, ancaman terhadap keselamatan dan kesejahteraan mereka masih sangat nyata dan memprihatinkan.
Baca Juga:Kasus DBD Meningkat Pesat: 153 Pasien Dirawat Sejak JanuariAtap Tiga Kelas di Raudhatul Athfal Indihiang Ambruk, Proses Belajar Mengajar Terhenti
Ipa Zumrotul Falihah, Direktur Taman Jingga, menegaskan pentingnya peringatan ini untuk membangkitkan kesadaran bahwa upaya perlindungan anak harus terus digalakkan.
Masih banyak anak-anak yang menjadi korban kekerasan, baik fisik, verbal, maupun seksual.
Mereka juga menghadapi perundungan di sekolah, lingkungan masyarakat, dan cyberbullying.
“Peringatan Hari Anak Nasional setiap tahun memang memberikan kegembiraan bagi anak-anak dengan berbagai acara yang mereka nikmati. Namun, ancaman terhadap anak-anak belum sepenuhnya hilang,” kata Ipa pada Selasa, 23 Juli 2024.
Ipa juga menyoroti tingginya angka pernikahan usia anak di beberapa daerah di Indonesia.
Selain itu, maraknya pekerja anak, iklan rokok yang menargetkan anak-anak, penyalahgunaan miras dan Napza, geng motor, tawuran pelajar, dan minimnya fasilitas umum yang ramah anak menjadi perhatian serius.
“Tidak sedikit anak yang terlibat dalam LGBT juga menjadi ancaman bagi pertumbuhan mereka. Salah satu ancaman yang sering tidak disadari adalah penyalahgunaan gadget oleh anak-anak, yang menjadi sumber masalah lainnya,” ungkapnya.
Bahkan, banyak anak yang berhadapan dengan hukum karena terlibat dalam tindak pidana.
Baca Juga:Sampah Menumpuk di Jalan Sindangkasih-Cikoneng, ODGJ Lagi yang DisalahkanTop Up Free Fire Diskon 90% Pakai Pulsa Telkomsel, Indosat dan Dana Paling Murah 2024
Jenis kejahatan yang dilakukan anak-anak beragam, mulai dari kekerasan, asusila, pencurian, penggunaan senjata tajam, hingga penyalahgunaan obat terlarang.
Menurut Ipa, masalah yang dihadapi anak-anak tidak muncul begitu saja, ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, dengan keluarga sebagai faktor terbesar.
“Pengalaman saya selama empat tahun dalam mendampingi kasus-kasus anak di Taman Jingga, lembaga non-profit yang saya dirikan untuk perlindungan hak anak dan perempuan, menunjukkan bahwa banyak anak bermasalah, baik sebagai korban maupun pelaku, berasal dari keluarga yang bermasalah,” ujarnya.
Ipa menyatakan bahwa anak-anak yang bermasalah adalah cerminan dari orang tua yang bermasalah.
Ketidaksiapan orang tua dalam merawat, mengasuh, dan mendidik anak, baik dari segi ilmu, mental, maupun finansial, menjadi akar dari banyak masalah yang dihadapi anak-anak.