sumedangekspres – Sejarah Menara Loji di Jatinangor Sumedang: Jejak Perkebunan Karet Zaman Dulu.
Jatinangor, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sering dikenal sebagai pusat pendidikan berkat keberadaan kampus-kampus ternama.
Namun, sebelum terkenal sebagai kawasan pendidikan, Jatinangor menyimpan sejarah yang cukup menarik terkait dengan industri perkebunan karet pada masa penjajahan Belanda.
Baca Juga:ODGJ Ikut Serta Bersihkan Kolong Jembatan Dari Sampah yang MenggunungHama Wereng Bikin Petani Rugi Besar
Salah satu bukti sejarah yang paling mencolok adalah Menara Loji, yang masih berdiri megah di sekitar Kampus ITB Jatinangor.
Menara Loji adalah monumen bersejarah yang menyimpan cerita tentang kejayaan perkebunan karet di Jatinangor pada masa lalu.
Bangunan ini dibangun pada abad ke-19 dan berfungsi sebagai penanda waktu untuk para pekerja perkebunan karet.
Menara ini, yang dibangun dengan gaya neo-gothic, dulunya memiliki fungsi penting dalam pengelolaan perkebunan.
Menurut Tatang Sobana, seorang budayawan asal Sumedang, Menara Loji adalah saksi bisu dari masa kejayaan perkebunan karet di wilayah ini.
“Menara Loji adalah bukti nyata bahwa Jatinangor pernah menjadi pusat perkebunan karet terbesar di Kabupaten Sumedang,” ujarnya.
Pada masa penjajahan Belanda, Jatinangor dipilih sebagai lokasi untuk perkebunan karet karena tanahnya yang subur dan cocok untuk tanaman karet.
Baca Juga:Meningkatnya Kekerasan Keluarga: Ancaman Serius bagi Pertumbuhan Anak di IndonesiaKasus DBD Meningkat Pesat: 153 Pasien Dirawat Sejak Januari
Perkebunan karet di Jatinangor dikelola oleh W. A. Baud, seorang pemilik perkebunan yang namanya masih dikenal hingga kini.
Di bawah kepemimpinan Baud, perkebunan ini mencapai puncak kejayaannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kemegahan perkebunan karet ini perlahan memudar, meninggalkan hanya jejak sejarah yang tersisa dalam bentuk Menara Loji.
Menara Loji dibangun untuk membantu para buruh perkebunan dalam mengatur waktu kerja mereka.
Bangunan ini dilengkapi dengan lonceng yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu.
Bunyi lonceng pertama terdengar pada pukul 05.00 WIB, menandakan dimulainya aktivitas menyadap getah karet.
Bunyi kedua muncul pada pukul 10.00 WIB, sebagai sinyal untuk mengumpulkan mangkuk-mangkuk getah.
Dan bunyi ketiga pada pukul 14.00 WIB menandakan akhir dari hari kerja.
“Saat itu, Menara Loji berfungsi sebagai sirine penanda waktu,” jelas Apih Tatang, sapaan akrab Tatang Sobana.
“Fungsi lonceng ini sangat penting bagi para buruh agar mereka bisa mengikuti jadwal kerja dengan tepat.”