Dr. Uus mengusulkan penggunaan inovasi seperti kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus DBD.
Selain itu, dr. Uus juga menyebutkan kurangnya anggaran untuk program seperti deteksi dini menggunakan NS1, fogging, surveilans faktor, serta pengembangan strategi lain seperti Wholbachia dan vaksinasi DBD.
Pemkot Tasikmalaya, melalui Pj Sekda H Asep Gofarulloh, juga telah melakukan langkah-langkah koordinasi penanggulangan DBD dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk OPD dan camat.
Baca Juga:Tak Terduga! Alasan Kepala DKP3 Tak Muncul di Kantor Akhir-akhir IniWarga Heboh! Orang yang Sudah Meninggal Masih Terima Bansos, Kok Bisa?
Artikel ini telah tayang di radartasik.id dengan judul Kasus DBD Tinggi, Kota Tasikmalaya Belum Bebas Jentik Nyamuk.
“Kami menghimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat jika menemukan gejala yang mengarah pada DBD, agar dapat segera ditangani,” ujar Asep.
Hingga Juli 2024, jumlah kasus DBD di Kota Tasikmalaya telah mencapai 1.239 kasus, dengan empat kasus meninggal dunia, yang sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan remaja.
Upaya pencegahan dan penanganan yang lebih intensif serta partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci dalam mengatasi wabah DBD ini.