4. Perhatikan Usia Kandungan Saat Kerokan – Kerokan sebaiknya dilakukan setelah trimester pertama dan dihentikan saat kehamilan memasuki minggu ke-34 atau ke-35. Pada trimester pertama, organ tubuh janin sedang berkembang dan kehamilan masih rentan terhadap gangguan. Di akhir kehamilan, kerokan bisa memicu kontraksi, sehingga sebaiknya dihindari mendekati minggu-minggu terakhir.
Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis sebelum melakukan kerokan untuk memastikan bahwa ini aman untuk kondisi kesehatan dan usia kandungan Anda.
Apakah Ibu Hamil Boleh Dikerok?
Walaupun kerokan tergolong aman untuk ibu hamil, tidak semua ibu hamil (Bumil) diperbolehkan untuk melakukannya. Bumil yang mengalami gangguan perdarahan, seperti sindrom HELLP, atau yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya menghindari kerokan karena bisa membahayakan kehamilan.
Baca Juga:Peran dan Cara Menerapkan Feeding Rules untuk AnakInilah Ciri Darah Keguguran Hamil Muda yang Perlu Diwaspadai
Untuk mengatasi keluhan masuk angin selama kehamilan, kerokan bukanlah satu-satunya pilihan. Bumil bisa mencoba berbagai cara lain yang lebih aman, seperti:
– Beristirahat: Memberikan waktu tubuh untuk pulih.- Pijat Ibu Hamil: Pijat khusus untuk ibu hamil bisa membantu meredakan ketegangan otot.- Menghirup Aroma Minyak Esensial: Minyak esensial seperti lavender atau peppermint dapat membantu meredakan gejala.- Minum Air Jahe: Jahe dikenal bisa membantu meredakan kembung dan meningkatkan kenyamanan.
Cara-cara ini biasanya dianggap lebih aman untuk ibu hamil.
Secara keseluruhan, ibu hamil boleh melakukan kerokan dengan catatan bahwa metode yang digunakan tepat dan tidak melibatkan area perut, dada, atau leher. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa ibu hamil tidak memiliki kelainan perdarahan atau riwayat keguguran. Untuk menghindari risiko, sebaiknya kerokan dilakukan oleh terapis yang berpengalaman.(*)