Gempa Megathrust Hoax atau Fakta? Ini Penjelasan Lengkapnya

Gempa Megathrust Hoax atau Fakta? Ini Penjelasan Lengkapnya
Gempa Megathrust Hoax atau Fakta? Ini Penjelasan Lengkapnya (ist)
0 Komentar

sumedangekspres – Gempa Megathrust Hoax atau Fakta? Ini Penjelasan Lengkapnya.

Belakangan ini, potensi gempa megathrust di Indonesia menjadi topik hangat di media sosial dan media mainstream. Banyak orang bertanya-tanya apakah informasi mengenai gempa megathrust ini merupakan hoax atau fakta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menjelaskan potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Pembahasan ilmiah mengenai potensi gempa megathrust sebenarnya sudah ada sejak sebelum gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004. Namun, pada waktu itu, media belum memberikan perhatian yang signifikan terhadap isu ini, dan sosial media belum ada untuk mendiskusikan topik tersebut secara luas.

Kemunculan kembali isu potensi gempa megathrust pada tahun 2024 memicu berbagai tanggapan. Beberapa orang menganggapnya sebagai peringatan dini, sementara yang lain meragukan kebenarannya. BMKG menjelaskan bahwa informasi ini bukanlah peringatan dini bahwa gempa besar akan segera terjadi.

Baca Juga:Ini Daftar Daerah yang Terkena Gempa MegathrustMegathrust di Indonesia, Ancaman yang Tak Terhindarkan dan Tinggal Menunggu Waktu

BMKG saat ini hanya menginformasikan mengenai potensi gempa di zona megathrust berdasarkan kajian ilmiah. Istilah “seismic gap” digunakan untuk menggambarkan zona kosong dari aktivitas gempa besar. Meskipun ada potensi gempa megathrust, BMKG menegaskan bahwa belum ada tanda-tanda akan terjadinya gempa besar dalam waktu dekat.

Gempa megathrust menjadi perhatian khusus karena tidak ada kejadian serupa selama ratusan tahun. BMKG mencatat bahwa gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757. Ini berarti zona tersebut telah mengalami “seismic gap” selama 267 tahun.

Selain itu, gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797, sehingga zona ini telah mengalami “seismic gap” selama 227 tahun. Karena teknologi prediksi gempa masih terbatas, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.

Saat ini, tidak perlu panik karena potensi gempa megathrust ini tidak terkait dengan gempa berkekuatan 7,2 magnitudo yang baru-baru ini terjadi di Tunjaman Nankai, Prefektur Miyazaki, Jepang.

Gempa di Jepang ini memberikan kesempatan untuk mengingatkan masyarakat Indonesia mengenai potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Oleh karena itu, BMKG memperluas pembahasan mengenai potensi gempa ini sebagai langkah mitigasi.

Beberapa wilayah di Indonesia yang berpotensi terkena dampak gempa megathrust antara lain:

0 Komentar