sumedangekspres – Isu Demokrasi Indonesia Mendunia: Fenomena ‘Peringatan Darurat indonesia’ Menjadi Sorotan Global.
Isu mengenai demokrasi Indonesia kini telah menjangkau perhatian global, setelah tagar #PeringatanDarurat dan #KawalKeputusanMK mendominasi jagat maya sejak 21 Agustus 2024. Tagar ini, yang awalnya hanya menjadi diskusi internal dalam negeri, kini telah menjadi isu internasional yang mendapat perhatian luas dari berbagai kalangan.
Roy Suryo, seorang pakar telematika dan informatika, mengamati bahwa fenomena ini tidak hanya menyentuh batas-batas nasional, tetapi juga menembus ke ranah global. Menurut Roy, ini bukan kali pertama Indonesia mengalami momen seperti ini. Ia mengingatkan publik akan peristiwa bersejarah penyiaran ulang Teks Proklamasi tahun 1945 yang disiarkan oleh Radio Hoso Kyoku dan disebarkan ke seluruh dunia melalui Radio Malabar di Gunung Puntang.
Baca Juga:Pasangan Baru El Rumi dan Syifa Hadju Serukan Gerakan Peringatan Darurat Indonesia di Media SosialPolri Siap Amankan Demo Peringatan Darurat Indonesia dengan Pendekatan Humanis
Roy menganggap fenomena #PeringatanDarurat ini sebagai peringatan atas kemunduran demokrasi yang sedang terjadi di Indonesia. Media sosial, terutama platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), menjadi arena di mana simbol Garuda Pancasila dengan latar belakang biru menyebar luas dan memicu diskusi global.
Beberapa tokoh publik seperti Panji Pragiwaksono, Najwa Shihab, dan Wanda Hamidah turut ambil bagian dalam gerakan ini, memperkuat dampaknya. Tidak hanya di dalam negeri, media internasional seperti Bloomberg dan Reuters juga menyoroti isu ini, mengaitkannya dengan perubahan UU Pilkada yang diduga dilakukan untuk kepentingan politik tertentu.
Dalam laporannya, Bloomberg menyoroti tuduhan nepotisme yang telah muncul sejak 2023, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menurunkan batas usia minimal bagi calon presiden dan wakil presiden. Reuters juga memberikan perhatian khusus terhadap respons Presiden Joko Widodo terhadap putusan tersebut, yang dianggap memberikan keuntungan politik bagi anak bungsunya. Kedua media internasional ini menggambarkan bagaimana demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran yang serius.
Fenomena #PeringatanDarurat ini memicu kenangan akan masa-masa sebelum Reformasi 1998, ketika rakyat Indonesia bersatu menggulingkan rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Saat itu, semangat patriotisme rakyat sangat kuat, dan kini semangat itu kembali muncul melalui berbagai video “Analog Horror” yang mengingatkan publik akan masa kelam di bawah pemerintahan otoriter. Video-video ini, meskipun telah diunggah hampir dua tahun yang lalu, kembali muncul dalam konteks gerakan “Peringatan Darurat”, seakan ingin mengingatkan bahwa kondisi demokrasi Indonesia saat ini sedang berada di titik kritis.