Aksi Tolak Geothermal Gunung Tampomas Kembali Mencuat

POSTER: Sejumlah Aktivis dan warga di wilayah sekitar gunung Tampomas menolak rencana \'Geothermal\'.
ISTIMEWA, POSTER: Sejumlah Aktivis dan warga di wilayah sekitar gunung Tampomas menolak rencana \'Geothermal\'.
0 Komentar

sumedangekspres, BUAHDUA – Menjelang Pilkada 2024, penolakan terhadap rencana dibangunnya pemanfaatan energi panas bumi ‘Geothermal’ di Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang kembali muncul. Penolakan itu diketahui dari sebuah poster yang beredar di media sosial.

Penolakan sendiri datang dari yang mengatasnamakan ‘Pergerakan Harapan Hijau’ atau Parahu. Poster yang beredar di media sosial itu berbunyi, ‘Tetap Menolak Geothemal Tampomas’. Kemudian, di bawahnya berbunyi, ‘Cari Calon Kepala Daerah yang melindungi Gunung, Hutan dan Sumber Air’.

Sumeks mencoba menelusuri poster itu berasal. Namun, hingga berita ini tayang tidak diketahui poster itu berasal darimana dan disebarkan oleh siapa. Selain itu, tidak diketahui pula mulai kapan dan berapa lama poster tersebut tersebar.

Baca Juga:Kebakaran Lahan di Sumedang Sering Terjadi, Warga Dihimbau Hati-hati!Calon Bupati Sumedang Dony: Lanjutkan yang Sudah Baik

“Kami tidak mengetahui poster itu berasal. Nanti kita cari tahu,” ujar seorang warga Desa Sekarwangi Kecamatan Buahdua, Rabu (28/8) malam.

Seperti diketahui, sejumlah warga di Kecamatan Buahdua dan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menolak rencana pemerintah untuk mengembangkan energi panas bumi atau geothermal di Gunung Tampomas. Penolakan itu sendiri sudah berlangsung sejak 2009.

Kecamatan Conggeang dan Buahdua berada di wilayah kaki Gunung Tampomas yang memiliki ketinggian 1.684 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Warga beralasan mereka khawatir, eksplorasi geothermal akan merusak kelestarian alam dan berdampak buruk pada warga yang bermukim di sekitar Gunung Tampomas. Beberapa tahun lalu, penolakan tersebut disuarakan warga dengan memasang spanduk penolakan di sepanjang jalan dan sejumlah tempat strategis lainnya di wilayah Conggeang dan Buahdua. (red)

0 Komentar