sumedangekspres, JATINANGOR – Memasuki musim kemarau, Kabupaten Sumedang kembali dihadapkan dengan permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang mencatat adanya peningkatan frekuensi karhutla selama bulan Agustus, yang merusak puluhan hektare lahan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang Atang Sutarno, mengungkapkan bahwa hingga akhir Agustus 2024, pihaknya telah menangani 13 kejadian karhutla.
“Pada bulan Agustus saja, terdapat 13 kejadian karhutla di wilayah kami, dan semuanya berhasil diatasi tanpa korban jiwa,” jelasnya saat dihubungi di Jatinangor, Selasa (10/9).
Baca Juga:DD Tahap 2 Desa Sukajaya: Prioritaskan Infrastruktur dan PemberdayaanBabinsa Desa Cibugeul Bantu Warga Bangun Rumah
Penanganan cepat terhadap karhutla tersebut, menurut Atang, tak lepas dari kerjasama berbagai pihak. Ia menyebutkan bahwa keberhasilan ini juga didukung oleh sinergi antara BPBD, aparat kepolisian, TNI, relawan, dan warga sekitar.
“Setiap ada laporan kebakaran, tim kami langsung bergerak ke lokasi, dibantu oleh berbagai elemen masyarakat dan aparat terkait,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Atang menjelaskan bahwa luas total lahan yang terdampak kebakaran di Sumedang mencapai 26,17 hektare. Lahan yang terbakar terdiri dari area persawahan dan perkebunan yang mengering akibat kekeringan berkepanjangan. “Kebakaran lahan di bulan Agustus ini cukup signifikan, mencapai lebih dari 26 hektare, yang kebanyakan berada di kawasan persawahan dan perkebunan,” ujar Atang.
Kondisi lahan yang kering di musim kemarau menjadi salah satu faktor utama yang memperbesar risiko terjadinya kebakaran.
“Perkebunan dan ladang yang mengering sangat rentan terbakar, dan api bisa cepat membesar,” tambahnya. Atang menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi musim kemarau yang masih berlangsung.
Menurut Atang, wilayah-wilayah di Kabupaten Sumedang yang rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan termasuk Gunung Palasari, Cisoka, Ujungjaya, Wado, dan Jatinunggal. Daerah-daerah ini kerap menjadi lokasi rawan kebakaran setiap kali musim kemarau tiba.
“Sebagian besar wilayah Sumedang, terutama di daerah selatan, mengalami kekeringan hampir 70 persen setiap kali kemarau tiba,” katanya.
Baca Juga:Optimalkan Pemanfaatan, Dinsos Sumedang Monitoring Bantuan KUBEDisparbudpora Sumedang: Banyak Potensi Wisata yang Harus Dikembangkan
Selain karhutla, Atang juga mengingatkan warga akan risiko kebakaran yang diakibatkan oleh aktivitas membakar sampah. Ia meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dan menghindari pembakaran yang tidak terkontrol.
“Jika memang terpaksa harus membakar sampah, pastikan apinya diawasi sampai benar-benar padam,” imbaunya.