Mereka khawatir bahwa ketersediaan air untuk irigasi sawah akan berkurang secara drastis, yang pada akhirnya dapat memengaruhi produktivitas pertanian.
“Masyarakat sekitar, khususnya petani, akan merasakan dampak langsung jika air untuk sawah mereka berkurang,” ujar Dedi.
Sampai saat ini, respons warga terhadap rencana pengambilan air ini semakin menguat. Protes dan penolakan tidak hanya datang dari masyarakat setempat, tetapi juga dari aktivis lingkungan dan kelompok konservasi yang melihat dampak lebih luas dari proyek ini.
Baca Juga:KUA Cimalaka Perketat Izin Dispensasi KawinPesan Menteri AHY: Kepemimpinan Transformasional dan Orkestrasi SDM Adalah Kunci Sukses Mencapai Pembangunan
“Kami menolak pengambilan air dari hulu Sungai Citarik, karena itu akan berdampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat,” tegasnya.
Proyek pipanisasi tersebut menjadi polemik yang memerlukan perhatian serius dari pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya. Transparansi terkait izin, dampak lingkungan, serta solusi untuk masyarakat yang terdampak perlu segera diatasi demi menghindari konflik berkepanjangan. (kos)