sumedangekspres – Kekayaan: Antara Keberuntungan dan Kerja Keras.
Banyak orang, terutama mereka yang telah mencapai kesuksesan finansial, cenderung percaya bahwa kekayaan mereka adalah hasil dari kerja keras, kecerdasan, dan kegigihan pribadi. Namun, seperti yang diungkapkan oleh pakar geografi sosial, Danny Dorling, realitas tidak selalu demikian. Tidak ada yang bisa menciptakan kekayaan dari udara kosong. Kekayaan sering kali terkait dengan faktor-faktor eksternal seperti peluang dan keberuntungan, bukan semata-mata bakat dan usaha pribadi.
Di Inggris Raya, negara ini mengalami ketimpangan pendapatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah delusi yang dimiliki oleh orang kaya tentang asal-usul kekayaan mereka. Mereka cenderung melihat kekayaan sebagai sesuatu yang mereka ciptakan sendiri, padahal, di banyak negara dengan ketimpangan yang lebih rendah, orang-orang kaya cenderung lebih realistis dalam melihat peran keberuntungan dalam kehidupan mereka.
Kekayaan Ekstrim: Sebuah KontrasSebagai perbandingan, situasi serupa juga dapat ditemukan di Indonesia. Ada laporan yang menyatakan bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di banyak negara, termasuk di Inggris maupun Indonesia.
Baca Juga:Buku Tafsir Mimpi 4D Bergambar Gratis 2024, Angka Keberuntungan20000 Tafsir Mimpi 4D Abjad A-Z Lengkap 2024
Sebagai contoh, di Inggris, seorang bankir investasi bisa menganggap bahwa £100 juta (sekitar Rp1,7 triliun) adalah jumlah uang yang besar, tetapi bukan jumlah yang “konyol”. Dalam salah satu wawancara, seorang bankir bahkan menyatakan bahwa individu yang cukup termotivasi bisa memulai dari nol dan memperoleh Rp1,7 triliun dalam waktu 20 tahun. Pernyataan ini menggambarkan betapa jauhnya persepsi orang kaya terhadap realitas yang dihadapi oleh sebagian besar orang.
Meskipun £100 juta mungkin dianggap “wajar” oleh beberapa orang kaya, jumlah tersebut sudah lebih dari cukup untuk membeli superyacht mewah, sesuatu yang sangat jauh dari jangkauan sebagian besar populasi.
Perubahan Pandangan di Kalangan SuperkayaNamun, di tengah ketimpangan yang terus meningkat, ada tanda-tanda bahwa pandangan sebagian orang superkaya mulai berubah. Sebuah studi yang dilakukan oleh Katharina Hecht dari London School of Economics mengungkapkan bahwa sepertiga responden yang merupakan individu superkaya di London setuju bahwa pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan. Ini adalah perubahan sikap yang signifikan, terutama karena orang-orang dalam posisi kekayaan ini biasanya cenderung menolak ide redistribusi kekayaan.