*Sangat Terkesan*
Rani juga sangat terkesan dengan penyampaian materi sharing Dr Aqua Dwipayana. Terutama kiprah dua anak tercintanya yakni Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana. Dua anak muda dan sepasang putri dan putri tercinta pasangan Dr Aqua Dwipayana dan istrinya, Retno Setiasih, juga memiliki sifat kasih sayang dan solidaritas sosial yang tinggi.
Dalam usia relatif masih muda, Ara dan Ero memiliki semangat berbagi yang tinggi hingga bisa mendorong sosok Jimmy Novenaldi, sahabat mereka sebaya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jimmy yang memiliki keterbatasan ekonomi dibantu oleh Ara dan Ero untuk bisa menggapai impiannya. Jimmy saat ini sedang menuntaskan pendidikan S2-nya di Universitas Negeri Yogyakarta.
Semua berjalan alamiah dan didorong oleh tekad kuat Ara dan Erto tanpa dipaksa atau diarahkan Dr Aqua Dwipayana. Inilah yang namanya “teladan dengan perbuatan”. Kiprah sosial Dr Aqua Dwipayana kepada siapa saja diteladani kedua putri dan putranya tanpa perlu diarah-arahkan.
Baca Juga:Kawal Pilkada 2024, LS Vinus Kunjungi KPU SumedangDorong Pemilu yang Berintegritas, LS Vinus Sambangi Bawaslu Sumedang
“Pak Aqua Dwipayana yang saya hormati, saya mampu bertahan dan menjalani tugas dengan baik di unisba karena bantuan orang-orang baik di sekitar saya. Sebagaimana juga Ara dan yang membantu Jimmy untuk bisa tetap bertahan. Di tengah paparan bapak dalam materi sharing di Aula Unisba itu, saya dan teman yang duduk bersebelahan saling berbisik semoga suatu hari kami juga bisa menjadi Araa, Ero, dan tentu saja Bapak Aqua Dwipayana bagi Jimmy-Jimmy yang lainnya,” kata Rani menguraikan.
*Kisah di Unisba*
Dalam kisahnya, Rani bercerita pertama kali bergabung di Unisba adalah bulan Januari 2013. Setelah melewati rangkaian seleksi yang cukup panjang dari bulan September sampai Desember 2012, akhirnya ia dinyatakan lulus dan diterima sebagai calon pegawai tetap Unisba.
“Saya masih ingat betul, hari ketika saya menerima surat panggilan tes seleksi yang diantar Pak Pos ke rumah. Di hari yang sama, saya mendengar vonis dokter bahwa jari kaki ibu saya harus diamputasi karena luka diabetes. Ketika saya bercerita kepada teman, momen itu selalu saya gambarkan sebagai oase di tengah gurun pasir,” ujar Rani mengenang masa lalunya.