Orang Jepang percaya bahwa omamori tidak boleh dibuka karena bisa menghilangkan kekuatannya, dan jika sudah tidak terpakai, omamori harus dikembalikan ke tempat asalnya karena mengandung kekuatan suci. Jimat ini diyakini hanya berfungsi selama satu tahun, dan biasanya didapatkan saat kunjungan pertama ke kuil pada tahun baru, dalam tradisi yang disebut Hatsumoude (初詣).
Untuk mendapatkan omamori, orang harus membayar di kuil Shinto atau Buddha, bukan membeli dalam arti biasa, melainkan sebagai bentuk dedikasi kepada dewa. Uangnya berkisar antara 300 yen hingga 1000 yen. Tradisi omamori telah ada sejak zaman Heian, sekitar 1400-1000 SM, dan dulunya kuil sangat berpengaruh di Jepang. Para pengurus kuil, yang disebut “Oshi,” melakukan perjalanan untuk menambah umat, menciptakan omamori untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang jauh dari kuil.
Sehari-hari, omamori perlu dirawat dengan baik, ditempatkan di tempat bersih dan terang, idealnya lebih tinggi dari garis mata, serta menghadap sinar matahari langsung. Dengan begitu, omamori tetap dianggap sebagai benda yang diberkati oleh para Biksu dan Dewa, melambangkan harapan dan perlindungan bagi pemiliknya.
2. Bukseongga dan Haetae
Baca Juga:Tips Agar Rumah Tangga Tetap Harmonis Dari Rey Mbayang dan Dinda HauwTengku Dewi Siap Dampingi Suami Setelah Andrew Andika Dinyatakan Positif Narkoba
Dua jimat ini sangat terkenal di Korea Selatan, “bukseongga,” atau lebih dikenal sebagai “jimat teratai.” Jimat ini biasanya terbuat dari kain yang dilipat dan dihiasi dengan simbol-simbol keberuntungan, seperti gambar teratai atau karakter yang melambangkan perlindungan. Bukseongga diyakini dapat melindungi pemiliknya dari keburukan, bencana, dan nasib buruk.
“Haetae” populer sebagai simbol perlindungan. Haetae adalah makhluk mitologi yang sering digambarkan mirip singa dan dipercaya dapat menolak kejahatan. Patung atau gambar haetae sering ditempatkan di rumah atau bangunan untuk menjaga keselamatan dan membawa keberuntungan.
Bukseongga, yang biasanya terbuat dari kain berwarna cerah, sering kali dihiasi dengan simbol-simbol keberuntungan, seperti gambar teratai atau karakter yang mewakili perlindungan. Sejak zaman dinasti Joseon, bukseongga digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari keburukan dan nasib buruk, serta untuk menarik keberuntungan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan dan karier.
Sementara itu, haetae adalah makhluk mitologi yang digambarkan mirip singa dengan tubuh besar dan sering kali memiliki ekor panjang. Haetae dipercaya dapat menolak kejahatan dan melindungi dari bencana. Patung haetae biasanya dipasang di pintu masuk rumah, kuil, atau bangunan penting lainnya sebagai simbol perlindungan.